Ayu 01 (Repost)

68.6K 3.2K 52
                                    


 
Ayu tersenyum bangga melihat suaminya, Rangga, berjalan menuju podium kehormatan untuk memberikan pidato angkatan.

Rangga mendapat kehormatan itu, karena dia adalah lulusan terbaik dari Fakultas Teknik. Tak terasa, air mata Ayu bergulir saat teringat lima tahun lalu, dirinya dan Rangga bersorak gembira karena lulus ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri favorit pilihan mereka. Sebenarnya, waktu itu ia juga lulus ujian masuk PTN tersebut, tapi harus melepas impiannya karena suatu sebab. Ia harus merelakan sang suami jauh darinya, supaya Rangga bisa bebas menggapai cita-cita tanpa terbebani Della dan dirinya.

Sebetulnya ayah mertuanya melarang Rangga kuliah di luar kota, apalagi sudah memiliki istri dan calon bayi. Namun, ibu mertua Ayu mendukung keputusan putranya itu. Sedangkan Ayu memilih mengalah, lebih memilih apa yang bisa membahagiakan suaminya. Ia merasa bersalah jika harus terus mengekang Rangga, apalagi jika ingat alasan mereka menikah dengan cepat.

Empat tahun usia pernikahan mereka, terpisah oleh jarak berbeda propinsi. Rangga hanya akan pulang saat libur semester, atau saat ayahnya menyuruh dia pulang untuk menengok Ayu dan Della. Namun, kini penantian Ayu akan segera berakhir. Penantian akan sebuah pernikahan yang ‘normal’, bersama Rangga juga putri mereka, Della.

Rangga menghampiri keluarganya, mengajak mereka melakukan sesi foto wisuda. Pria itu tampak gelisah melihat Ayu, entah apa yang terjadi pada dirinya. Mungkin karena hari itu Ayu tampak cantik, lain dari  biasanya. Kebaya modern berwarna kuning kunyit, pas sekali membalut tubuh mungil dan kulitnya yang bersih, dipadu dengan kain batik semata kaki dan rambut digelung sederhana. Dipoles dengan make upseadanya, tetap tidak bisa menyembunyikan pesona alami wanita itu.

“Ayah yang mengajak Ayu dan Della kemari, untuk menyaksikan wisudamu Angga,” kata Robby Aditya, ayah Rangga dan Rania.

“Peristiwa ini sangat penting untuk dihadiri seluruh anggota keluarga kita, tapi Ayah tak berharap kakakmu akan datang ke acara ini karena pasti seisi gedung ini akan mengerubungi dia,” sambungnya lagi.

“Tidak apa-apa, Ayah. Angga hanya khawatir Della kecapekan karena perjalanan jauh. Sebelumnya dia tidak pernah kemana-mana,” ujar Rangga.

“Makanya nanti saat kamu kembali ke rumah, sering-seringlah ajak Ayu dan Della jalan-jalan keluar kota. Lebih banyak lagi habiskan waktu berdua. Ayah masih ingin menimang dan menambah cucu lagi, supaya Della punya teman,” kata Robby sambil menggendong Della di lengannya.

Ayu dan Rangga tampak terkejut dengan pernyataan itu. Wajah Ayu memerah, hanya menunduk diam, begitupun dengan Rangga. Bagi Ayu, kepulangan suaminya ke rumah saja sudah membahagiakan hatinya, apalagi jika mereka bisa hidup layaknya keluarga normal lainnya.

Kalau dilihat secara kasat mata, mereka adalah keluarga kecil yang sangat bahagia, tapi sesungguhnya ada yang kurang dari pernikahan mereka. Semenjak menikah, Rangga tidak pernah menyentuh Ayu sama sekali. Mereka jarang menghabiskan waktu berdua saja. Entah Rangga menghindarinya atau ada alasan lain, membuat Ayu bertanya-tanya tapi tidak berani mengutarakan isi hatinya. Waktu berduaan mereka saat Rangga pulang ke rumah, hanya diisi obrolan santai mengenai perkembangan Della dan kuliah Rangga.

“Ayah, nggak usah dipaksa dong. Baru juga Angga berkurang beban  dengan kuliahnya, eh sekarang disuruh punya anak lagi. Biar mereka yang menentukan kapan mereka akan menambah anak lagi,” sergah Mirna Aditya.

Tak lama kemudian, dua orang laki-laki mendekati Rangga dan keluarganya. Satu orang bertubuh tinggi gempal, dan satu orang lagi tinggi berkacamata. Mereka berdua adalah teman kuliah Rangga.

‘Selamat siang Om, Tante. Perkenalkan, saya Teguh,” ucap seorang yang berkacamata, sambil mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan ayah dan ibu Rangga, begitupun dengan lelaki di sebelahnya.

“Perkenalkan, saya Daniel,” ucapnya.

Robby dan Mirna balas menjabat tangan kedua teman Rangga tersebut sambil berkata, “Oh iya, Angga pernah bercerita tentang temannya yang membantu dia mendapat pekerjaan part time. Terima kasih ya sudah bantu Angga.”

“Aah, tidak usah dibesar-besarkan, Om. Justru kami yang terbantu dengan adanya Rangga, semua project  jadi lebih cepet kelar,” elak Daniel.

HAHAHAHAHA .…
Para lelaki itu tertawa bersama, tapi entah kenapa gelagat Rangga kurang nyaman dengan kehadiran tbba-tiba teman-temannya itu.

“Ini, perkenalkan istrinya Rangga.” Robby pun memperkenalkan Ayu.

“Namanya Ayu dan ini putrinya, si cantik Della. Dia tertidur karena kelelahan,” tambah Robby sambil membetulkan letak gendongan Della di bahunya. Sementara itu, Teguh dan Daniel tampak kaget dan saling bertatapan satu sama lain, lalu mengalihkan pandangan ke Rangga.

“Istri?!”
“Anak?!”

Seru Teguh dan Daniel bersamaan, seolah memastikan apa yang mereka dengar di telinga mereka itu benar adanya. Rangga memejamkan matanya,sambil menghela napas.

“Iya, mereka istri dan anakku.”

Teguh dan Daniel kembali berpandangan, sementara Ayu menangkap tingkah mencurigakan para lelaki di hadapannya.

‘Ada apa ini? Mereka tampak sangat terkejut, apakah Mas Angga tidak pernah menceritakan bahwa dia telah menikah?’ pikir Ayu.

Daniel yang berada di sebelah Rangga, menyikutnya sambil berbisik, “Jadi perempuan yang tadi itu siapa?”

“Perempuan?” Ayu pura-pura tidak mendengar pembicaraan mereka mengalihkan pandangannya, sementara ayah dan ibu mertuanya sibuk membetulkan letak gendongan Della.

“Angga, sepertinya kami harus pulang duluan ke hotel. Kasihan Della tidak bisa tidur nyenyak di gendongan Ayah,” sela Robby kepada Rangga.

“Baiklah, nanti Angga menyusul saja. Masih ada urusan dengan teman yang lain,” ucap Rangga.

Lengan Ayu ditarik oleh ibu mertuanya, mengajaknya ikut pulang ke hotel. Ayu dengan pikiran yang masih berkecamuk di kepalanya, hanya bisa diam menurut. Sesampainya di parkiran mobil, ia meminta ijin ke toilet terlebih dahulu.

Ayu ingin menenangkan diri sebentar, mendinginkan hati dan kepalanya. Ayu terdiam di depan kaca toilet, sambil menepuk-nepuk pipinya dengan air keran. Berharap sedikit bisa menyegarkan pikirannya

‘Aku harus mempercayai suamiku, mungkin saja prasangkaku salah. Mungkin memang dia tidak pernah menceritakan tentang pernikahan kami, karena dia orang yang tertutup.’
Ayu menarik napas lalu mengeluarkannya perlahan, mengulanginya kembali sambil menenangkan debaran jatungnya. Ia lalu berjalan keluar dari toilet,setelah beberapa langkah tiba-tiba ia berhenti seketika. Terperangah, tangannya refleks menutup mulutnya tak percaya melihat pemandangan yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri. Melihat wanita, yang tak ia kira akan berada di tempat ini juga, tengah memeluk suaminya. Teman SMA, sekaligus mantan kekasih Rangga.

Dessi, apa yang dia lakukan di sini?

Cinta Ayudia (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang