***
Ayu turun dari taksi, yang berhenti di sebuah rumah sederhana yang terlihat nyaman. Rumah bercat kuning gading, dengan taman minimalis yang terdapat berbagai tanaman dan bunga-bunga tertata apik di halaman rumah itu. Di teras rumah, terdapat kursi-kursi yang tersedia untuk menikmati pemandangan cantik itu juga tempat berkumpul di sore hari. Rumah itu adalah rumah di mana Ayu dibesarkan, dan tinggal bersama kedua orang tuanya. Semua kenangan senang dan sedih saat berada di rumah itu, masih terekam jelas di kepalanya. Rumah yang ia tinggalkan, saat harus pindah ke rumah keluarga suaminya. Hanya Jessi dan suaminya yang mengisi rumah ini.Jessi adalah sahabatnya sejak kecil. Dia menjadi yatim piatu sejak duduk di bangku SD, dan tinggal bersama neneknya yang kemudian meninggal saat diaduduk di bangku SMP. Dia sudah seperti saudara bagi Ayu. Mereka sangat dekat, bahkan ibu Ayu sudah menganggap Jessi sebagai putrinya sendiri. Sejak neneknya meninggal, dia tinggal bersama dengan Ayu dan ibunya. Apalagi pamannya pun terlihat enggan untuk menampung dia di rumahnya.
Kini setelah ibu Ayu meninggal, Jessi tetap tinggal di rumah ini karena permintaan sahabatnya itu. Ayu tidak ingin menyewakan atau menjualnya, karena hanya rumah ini tempatnya untuk pulang. Dengan senang hati Jessi menjaga dan merawat rumah itu, karena baginya keluarga Ayu adalah keluarganya juga. Orang yang mau menerima dan menampung dirinya, walaupun mereka tidak mempunyai ikatan darah sama sekali.
Di saat kesedihan melanda seperti saat ini, Ayu akan kembali ke rumahnya. Menghabiskan waktu di kamarnya sendiri, sampai suasana hatinya tenang kembali. Saat hendak memasukan kunci cadangan miliknya, tiba-tiba pintu rumah terbuka. Muncul sesosok wanita dengan wajah pucat, dan rambut yang diikat sembarangan.
“Jessi … Kamu nggak kerja? Sakit, ya? Wajahmu pucat sekali,” tanya Ayu, sambil melangkah masuk ke dalam rumahnya. Tampak segelas susu di genggaman tangan Jessi.
“Aku nggak masuk kerja hari ini, Yu. Morning sickness hari ini, membuatku tidak sanggup berdiri. Lemes. Cuma pengen tidur, dan tidur,” ucap Jessi lemah.
“Kamu hamil?!” Ayu terpekik kaget sekaligus gembira. Ia langsung memeluk sahabatnya erat. “Kok nggak ngasih tau aku? Ke mana Mas Yogi? Kenapa dia nggak nemenin kamu di rumah? Sudah berapa bulan?” tanya Ayu tak sabaran.
Jessi sudah dua tahun menikah dengan Yogi. Mereka tetap tinggal di sana, karena kantor mereka jaraknya lebih dekat dari rumah Ayu daripada rumah Yogi yang berada di pinggiran kota
“Ayuuu … Kamu terlalu bahagia karena Rangga kembali ke rumah dan tinggal bersama kalian lagi. Jadi, mungkin kamu melewatkan pesan dariku,” jawab Jessi.
Raut wajah Ayu kembali sendu, saat mendengar nama Rangga disebut, dan hal itu tidak lepas dari mata elang Jessi. Dia tahu ada sesuatu yang terjadi dengan sahabatnya itu. Seseorang yang dia sayangi, dan sudah dianggap seperti adiknya sendiri. Sudah paham, jika tiba-tiba sahabatnya itu pulang ke rumah ini, pasti ada sesuatu dipikirkannya. Dan tidak juga kaget, saat dia dan Yogi pulang ke rumah, lalu menemukan kamar Ayu tertutup dengan suara berisik di dalamnya . Kadang bahkan terdengar isakan dari kamar tersebut. Biasanya setelah menenangkan diri, Ayu akan bercerita semua keluh kesahnya padanya.
“Ehemmm… karena kamu sekarang ada di sini, gimana kalo kamu masak buat aku? Perutku perih, karena terus memuntahkan isi perut yang tidak ada apa-apanya. Aku lagi kepengen salad buah sama capcay, nih. Bikinin ya! Anak ini kepengennya cuma makan buah dan sayuran doang. Mual liat nasi.,” ucap Jessi sambil mengelus lembut perutnya yang masih tampak datar.
“Memangnya sudah berapa bulan, Jess?” tanya Ayu.
“Baru sebulan, dan entah sampai kapan mual dan muntah ini menyiksaku. Kamu beruntung, saat hamil Della kamu nggak ngalamin kayak gini. Mungkin karena badan kamu kecil mungil, jadi bayimu juga kasian sama bundanya. Hihihihi,” ledek Jessi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Ayudia (Repost)
Storie d'amoreAyu berusaha mempertahankan pernikahannya yang telah berusia lima tahun seorang diri. pernikahan yang sengaja dirancang sedemikian rupa leh ibu mertuanya yang memiliki maksud tertentu kepada dirinya. ia sudah berusaha yang terbaik untuak anak dan su...