Adegan di bab ini diberi warning 21+ karena disertai konten kekerasan dan pelecehan. Mohon bijak dalam membacanya.
****Seharian ini Ayu menangis di kamar, enggan untuk melakukan apa pun. Ia masih meratapi apa yang terjadi padanya hari ini. Sungguh dirinya tak rela, kebahagiannya bersama Rangga dan Della hanya beberapa hari saja bisa dinikmati. Walaupun semua itu hanyalah kebohongan seperti yang Rangga utarakan, tapi ia tidak ingin jika harus berakhir secepat ini.
Bodohnya Ayu, dirinya masih mencintai lelaki itu walaupun dia sudah menghinanya. Perasaan cinta pada lelaki yang pernah menjadi sahabatnya itu memanglah sangat besar, sampai hinaan yang tadi ia terima kini tengah coba ia lupakan. Mencoba dikubur dalam-dalam, dengan cara menggantikannya dengan kenangan-kenangan indah mereka berdua.
Ia sadar, Rangga sudah sangat tersakiti dengan kebohongan yang ia lakukan mengenai malam kelulusan itu. Dirinya tidak bisa membayangkan, jika dia mengetahui semua detail kebohongan yang terjadi di masa lalu. Ia masih berharap Rangga akan memaafkannya setelah mengetahui semua kebenaran, tentang apa yang sebenarnya terjadi. Walaupun waktu diputar kembali, sepertinya jalan itu tetap akan ia tempuh karena tidak punya pilihan lain lagi saat itu.
Suara gagang pintu yang diputar, menghentikan lamunannya.
"Bunda ..."
Suara dan langkah kecil itu, kini mendekati di mana Ayu berbaring dan memejamkan mata berpura-pura tidur. Ia tidak mau Della melihat bundanya yang tengah hancur. Tangan kecil itu mengusap pelan pipinya, lalu mengecup kening Ayu berulang-ulang.
"Della sayang Bunda. Cepet sembuh ya Bunda, jangan sakit-sakitan terus. Della sedih Bun," ucap Della polos, dengan matanya yang berkaca-kaca. Dia memeluk hangat tubuh Ayu dan terisak, seolah ikut merasakan kesedihan yang tengah dialami oleh bundanya.
"Della, Sayang. Ayo kita keluar. Biarkan Bunda istirahat, supaya cepat sembuh." Suara tegas milik Mirna itu, kini menjauh membawa langkah kecil itu keluar dari kamar Ayu. Wanita itu membuka matanya, dan kembali menangis dalam diam.
"Sampai kapan kamu akan menangis?"
Suara Rania terdengar dari balik punggung Ayu, tapi ia enggan menjawab. Hanya mampu terisak menahan tangisnya. Della, Ayu memikirkan bagaimana nasib putrinya jika dia tahu pernikahan orangtuanya diambang kehancuran? Anak itu tak bersalah. Hanya orang-orang dewasa nan egois itulah, yang membuat dirinya dan Della harus menerima semua kesakitan ini.
"Aku sudah katakan kepada Della, bahwa kamu tidak bisa ikut jalan-jalan bersama kami. Kamu tahu ... dia sangat kecewa. Tapi saat aku katakan kamu sakit, Della langsung berdoa memohon kepada Tuhan supaya kamu cepat sembuh dan ayahnya mau merawat bundanya sampai sembuh," ucap Rania.
"Dia sangat menyayangimu juga Rangga, jangan hancurkan kebahagiaannya dengan perpisahan kalian ya? Aku mohon bertahanlah demi Della. Aku akan mencoba membujuk Rangga, agar mau memaafkanmu," lanjut Rania.
Air mata Ayu tambah deras mengalir. Ia hanya bisa menangis meraung-raung, karena tidak bisa mengatakan langsung apa yang ada di hatinya saat ini. Bagaimana mungkin dirinya bisa bertahan saat ini demi Della, jika Rangga saja menganggapnya tak lebih hanya seorang wanita jalang. Kenapa ia yang harus mengikuti semua keinginan orang-orang ini? Sedangkan, ia tidak tahu apakah Rangga akan menerima semua penjelasannya nanti.
Jika akhirnya harus berpisah, ia tak masalah jika harus hidup berdua hanya dengan Della saja. Asal jangan suruh dirinya hidup dengan orang yang terus membenci dan menghinanya. Seberapa besar cintanya pada Rangga, tidak akan bisa menghapuskan luka yang telah ia toreh pada hidup Rangga apalagi lelaki itu tidak punya perasaan apa pun padanya, hanya kasihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Ayudia (Repost)
RomanceAyu berusaha mempertahankan pernikahannya yang telah berusia lima tahun seorang diri. pernikahan yang sengaja dirancang sedemikian rupa leh ibu mertuanya yang memiliki maksud tertentu kepada dirinya. ia sudah berusaha yang terbaik untuak anak dan su...