Bab 38

35.7K 1.8K 206
                                        

Rangga sedang menyesap espresso-nya pelan, sambil memperhatikan orang yang lalu lalang di luar restoran yang ia singgahi sekarang.

Kring..kring...

Ibu calling...

Rangga menatap malas melihat panggilan di ponselnya tersebut, entah apa lagi yang Ibunya inginkan darinya. Ibunya terus memaksanya untuk segera mempertemukannya dengan orangtua Dessi, dan ia juga tak bosan memberikan penolakan kepada Ibunya. Jarinya kini menggeser ikon telepon itu untuk mengangkatnya, setelah lebih dari 3 kali ponselnya berdering.

"Assalamualaikum Bu," ucap Rangga.

"Waalaikumsalam, kenapa males-malesan gitu ngangkat telpon dari Ibu? mau menghindar lagi?" tanya Mirna to the point.

Rangga refleks mengedarkan pandangan nya mencari sosok Mirna, ia yakin Ibunya itu ada di dekatnya makanya ia bisa mengamati apa yang tengah ia lakukan tadi. Saat matanya melihat ke arah luar, ia menemukan Ibunya berada di seberang jalan dekat restoran dan Mirna tidak sendirian. Ada Dessi di sebelahnya, wanita itu melambaikan tangan nya sambil tersenyum manis kepada Rangga. Senyuman yang dulu yang sangat ia gilai, tapi sekarang terasa hambar.

"Ibu mau apa? aku sedang menunggu seseorang."

"Ibu hanya ingin makan siang dengan calon menantu Ibu. Dan melihatmu ada disana, lebih baik kita makan siang bersama."

Rangga hanya menghela nafasnya lalu mengakhiri panggilan nya. Percuma ia menolaknya, toh Ibunya kini melangkah ke restoran yang ia tempati dengan menggandeng Dessi di sebelahnya. Kedua wanita beda generasi itu akhirnya duduk di hadapan Rangga.

"Apa kabar, Ga?" tanya Dessi masih dengan senyuman yang tak hilang dari bibir penuhnya, tampak wanita itu begitu gembira bisa bertemu kembali dengan Rangga, bersama dengan Ibu dari pria yang dicintainya itu.

"Aku baik-baik saja," jawab Rangga datar

"Ibu seneng banget hari ini, Ga. Dessi bela-belain cuti hari ini dari kantornya buat nemenin Ibu check up ke rumah sakit. Hahh... anak-anak Ibu mana ada yang peduli sama Ibunya, untung Ibu punya calon mantu yang baik hati kayak Dessi," ucap Mirna membanggakan Dessi yang membuat wanita muda itu tersipu malu karena di puji oleh Ibu dari pria yang dicintainya.

"Setelah ini kami mau belanja bareng ya Ga, Ibu bosen di dapur terus ngurusin restoran sendiri," tambah Mirna.

Rangga lalu mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan sebuah kartu kredit dari dalamnya dan memberikannya kepada Ibunya.

"Ibu bisa memakainya untuk membeli apa saja yang Ibu inginkan. Maaf Rangga, tidak bisa menemani Ibu dan Dessi makan siang."

"Kamu kok malah pergi sih, Nak. Kasian Dessi gak di temenin, besok kamu udah mau berangkat lagi kan?" tanya Mirna sambil mengambil kartu kredit yang disodorkan Rangga kepadanya.

Rangga menghela nafasnya, enggan berdebat lebih jauh dengan Ibunya.

"Rangga tidak mau memberi harapan palsu sama anak orang, Bu. Karena seperti yang Rangga bilang, menikah tidak akan ada lagi dalam kamus hidup anak mu ini," tolak Rangga.

"Dessi, maafkan sikap Ibuku yang memaksamu untuk terus bersamaku. Sungguh, aku serius dengan ucapanku 3 tahun lalu. Aku tidak berniat lagi melanjutkan hubungan kita, karena aku sudah menyadari siapa sebenarnya wanita yang ku cintai," ucap Rangga sambil menatap sendu pada Dessi.

Wajah Dessi memerah, matanya sudah terasa panas akan perkataan Rangga yang ditujukan pada dirinya.

"Sungguh bukan karena alasan lain, tapi ini murni kesalahanku. Tak seharusnya aku menjadikan kamu pelarian dari masalahku, pengalihan dari keegoisanku. Aku nyaman dengan mu hanya sebagai teman dekatku, hanya obsesi bukan cinta yang kurasakan kepadamu. Sekali lagi maafkan aku. Semoga kamu mendapatkan pria yang lebih baik daripada aku," ucap Rangga lagi penuh penyesalan.

Cinta Ayudia (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang