Bab 39

17K 1.4K 156
                                    

Mulmednya, Putih-sampai mati. 

hadeuhh ... berdarah-darah hati ini kebawa baper

Seperti kalian tau kalau cerita ini sudah tamat dan sudah diterbitkan SP, tapi saya repost cerita ini sampai selesai (tamat) kok, tenang aja.

yang masih penasaran bisa langsung beli di playstore, cari aja di kategori buku ketik judul "Cinta Ayudia". versi buku dan ebook lebih lengkap karena ada extra part, epilog dll. tambahan 70 halaman, lumayan banyak hehehhe. klo bukunya cetak ulang, ada yang mau gak ya?

***

Alden berdiri terpaku menatap pusara kecil yang berada di hadapan nya, kedua tangan nya berada di saku celananya. Sudah hampir setengah jam dia hanya diam berdiri memandangi nisan dan pusara di depan nya, raut wajahnya yang datar tidak bisa menggambarkan apa yang tengah hatinya rasakan.

Setelah perbincangannya dengan Kyle, lelaki itu memberikan secarik kertas berisi alamat tempat pemakaman yang menjadi tempatnya berdiri sekarang. Setelah Kyle pergi ke rumah sakit untuk bekerja, Alden melajukan mobilnya diantar sopirnya ke tempat ini. Dan disinilah dirinya, berdiri menatap bagian dari dirinya yang kembali hilang dari dunia.

Dua kali ia mengalami kehilangan, dua kali juga ia harus merelakannya tanpa melihat ataupun menggendong anaknya. Dan kali ini perasaan nya terasa lebih sakit daripada yang sebelumnya, karena ia tidak pernah tahu sama sekali mengenai kehadiran calon anaknya itu di dunia. Yang ia tahu bahwa putranya telah meninggal dunia, sungguh tak terbayang bagaimana perasaan nya kini. Sedih, marah, kecewa dan sesal menggelayuti hatinya. Ia tidak bisa membantu menjaganya selama dalam kandungan, mengelus perut tempat dimana anaknya berada dan juga mendampingi putranya di sisa-sisa akhir nafasnya di dunia.

"Maafkan aku, karena merahasiakan semua ini dari kamu."

Suara seorang perempuan terdengar dari balik punggung Alden, tapi laki-laki itu bergeming. Dia tidak berniat membalas perkataan wanita itu, ataupun menoleh ke arah langkah kaki yang makin mendekat ke arahnya.

"Aku tidak menyesal tidak menggugurkan dia. Setidaknya anakku pernah berada di pelukan ku walau hanya beberapa jam saja."

"Kamu sudah gila, merahasiakan hal sebesar itu dari aku," bentak Alden dengan wajah memerah menahan emosi, kini ia menoleh menatap sosok yang melahirkan anaknya ke dunia.

"Jika aku mengatakan nya lebih awal kepadamu, apakah kamu yakin tidak akan menggugurkan dia? Aku tahu kamu akan memilih menyelamatkan aku. Tapi aku tidak akan pernah tega menghilangkan dia dari rahimku, walaupun nyawaku taruhan nya," balas Reihana lebih keras.

"Walaupun hanya sebentar, sungguh hati ini sangat bahagia saat mata itu menyapaku untuk pertama kali, mata coklat terang yang mirip dengan mu. Mendekapnya dalam pelukan ku, merasakan detak jantungnya di dadaku sampai akhir nafasnya. Aku tidak pernah menyesal mengandung dan melahirkan nya Al, aku hanya menyesal kamu tidak ada di sana melihat dia. Berusaha lebih keras lagi untuk mencari kami." Isak Reihana.

Tubuh Alden meluruh, ia berlutut di depan pusara putranya. Airmata yang ditahan nya sedari tadi kini mengalir deras di wajahnya, tangan di sakunya mengeluarkan secarik foto putranya sesaat setelah di lahirkan. Foto yang diberikan oleh Kyle tadi. Hal yang paling ia inginkan di dunia ini kini telah pergi jauh tanpa ia sadari.

Ia merutuki kebodohan nya yang termakan api cemburu pada Reihana dan Kyle, jika saja ia melanjutkan pencariannya dan meminta penjelasan nya pada kekasihnya itu mungkin ia dapat mengetahui kehamilan Reihana lebih cepat.

"Apakah dia kesakitan?" tanya Alden masih menundukkan kepalanya sambil mengusap nisan di hadapan nya, seolah mengelus lembut kepala putranya.

Reihana ikut duduk di samping makam putranya, masih memegang tongkatnya. Ia tersenyum dan menggeleng.

Cinta Ayudia (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang