Ayu 41

16.3K 1.2K 51
                                    

this story available on playstore

this story available on playstore

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Tok.. tok.. tok...

Suara pintu kamar ruang rawat inap Ayu terdengar di ketuk dari luar, Yogi pun membukakan pintu dan ia melihat dua orang yang sangat asing baginya. Seorang kakek tua yang duduk di kursi roda juga seorang pria berumur menjelang 40 tahun yang mendorong kursi roda tersebut. Mereka berdiri di depan pintu kamar Ayu dan tersenyum pada Yogi.

"Apa benar ini kamar Ayudia Permata?" tanya pria tersebut.

Yogi menganggukkan kepalanya. "Iya betul, ini kamarnya. Maaf, bapak-bapak ini siapa?"

"Saya Hendrawan Wijaya, Paman nya Ayu dan ini Kakeknya, Agus Wijaya. Kami keluarga dari Ayahnya Ayu yang tinggal di Kalimantan," ucap Hendra.

Yogi tersentak kaget lalu bergegas menggeser tubuhnya dan mempersilahkan kedua pria itu masuk ke kamar Ayu.

Ayu yang tengah bersandar pada ranjangnya memandangi ke arah pintu masuk, penasaran pada siapa yang menjenguknya. Matanya terbelalak lebar saat melihat pria yang berjalan sambil mendorong kursi roda. Mata Ayu memanas memandang wajah itu, sekilas ia kira Ayahnya hadir di hadapan nya, wajah mereka mirip sekali. Yang membedakan hanya kacamata dan postur tubuh pria itu yang lebih kurus daripada Ayahnya.

Ayu dapat menebak bahwa dua orang pria di hadapan nya ini adalah keluarganya, ia ingat sekali bahwa kedua orang ini juga yang terdapat di selembar foto yang diserahkan oleh Rangga dua hari lalu.

Mata Ayu berkaca-kaca saat kedua orang itu mendekat ke sisi ranjangnya, dan kakek tua itu kini menggenggam tangan Ayu dengan tangan-tangan tuanya yang kasar dan keriput. Airmata menetes di mata tua sang Kakek, tapi bibirnya tersenyum, ia menangis gembira. Ayu pun ikut menangis melihatnya.

"Apa kabar, Ayu? Aku Hendra, adik Ayahmu. Paman mu. Dan ini Kakek mu," ucap Hendra yang juga tampak berkaca-kaca karena terharu atas pertemuan ini.

Kakek itu terus tersenyum, dan juga menangis bersamaan, ia menoleh ke arah Hendra dan tersenyum lebar. Seolah ingin mengatakan kebahagian nya.

"Milip I-bu-mu," ucap Kakek tua itu terbata-bata.

"Kita menemukan cucu mu Ayah. Benar, dia begitu mirip dengan Ibu," ucap Hendra pada Ayahnya.

Kakek tua itu menganggukkan kepalanya dan tersenyum lebar, tangan-tangan keriputnya terus menggengam dan menepuk-nepuk pelan punggung tangan Ayu, mengekspresikan rasa senangnya, airmata bahagia terjatuh ke pipinya yang keriput.

"Paman... Kakek.."

Ayu terisak saat menyebut kedua nama keluarganya itu, selama itu ia tidak pernah berpikir bahwa ia mempunyai saudara lain, seorang paman dan juga kakek nenek. Dan setelah berumur 28 tahun, barulah ia mengetahui bahwa ia mempunyai keluarga yang memiliki darah yang sama sepertinya.

Cinta Ayudia (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang