Enam

10.6K 541 5
                                    

Vero membuka gerbang rumah itu dengan cepat. Lelaki yang berada di luar langsung masuk setelah gerbang terbuka.

"Makas-  Vero?" Belum sempat lelaki itu berterima kasih, ia tampak terkejut melihat wanita yang berdiri di hadapannya.

Begitupun dengan Vero yang tak kalah terkejut dengan lelaki berkacamata yang sedang membelalakkan mata kearahnya.

"Da.. Dafi?" Ujar Vero terbata. "Kok lo disini?" Tanyanya.

"Darrel mana?" Tanya lelaki bernama Dafi itu seraya berjalan masuk ke dalam rumah.
Vero mengikutinya dari belakang.

"Lagi pergi. Katanya sih ada urusan sebentar."

Dafi duduk di sofa ruang tamu tanpa dipersilahkan.

"Jadi istrinya Darrel itu.. elo?"

Vero mengangguk.

Dafi tertawa singkat. "Gila ya, tiga tahun nggak ketemu, tau-tau udah jadi kakak ipar gue aja."

"Lo kemana aja? Gue gak pernah denger kabar tentang lo setelah kejadian waktu itu."

"Gue nomaden. Hidupnya berpindah-pindah, sesuai tuntutan pekerjaan. Ini aja baru balik dari Kalimantan."

"Kalimantan? Jadi, lo itu.." Vero menatap foto keluarga yang berada tepat diatas kepala Dafi.

Dafi bangkit dan berjalan ke tangga. "Gue adiknya Darrel. Kenapa? Lo gak percaya ya? Hahaha."

"Gue gak tau kalo lo punya kakak."

"Iyalah, dia kan tinggal lama di luar negeri. Mungkin terlalu cinta, jadi gak bisa move on. Dia juga baru pindah kesini pas kalian mau tunangan waktu itu."

Mereka kini berada di ruang makan. Dafi sedang menuangkan minum di sebelah lemari es, sementara Vero duduk di kursi pantry yang tak jauh darinya.

"Kabar sohib lo gimana? Si.. siapa namanya yang pendek itu?"

"Indri?"

"Ah, iya. Indri. Dia dimana sekarang?"

"Di Bogor."

"Ooh.." kemudian keheningan menyapa keduanya. Mereka berdua terhanyut dalam pikiran masing-masing.

"Hai, Daf. Sampe sini jam berapa lo?" Suara Darrel memecah keheningan diantara Vero dan Dafi.

"Oi, Rel. Belum lama kok."

"Kalian udah kenalan belum?" Tanya Darrel, lebih ke arah Vero. "Dia adik gue, Ver. Namanya Dafi."

"Yaelah, kayak anak TK aja pake acara dikenalin segala." Sahut Dafi yang diikuti oleh tawa Vero.

"Iya, iya. Gue udah tau kok. Dia temen sekelas gue pas SMA dulu." Ujar Vero.

"Dulu gue sempet naksir sama istri lo ini, sampe gue kejar-kejar, tetep aja ditolak. Mungkin karena dulu gue badung kali ya?" Jelas Dafi sambil tertawa.

"Sampe sekarang juga masih, nyet!" Darrel menoyor kepala adiknya itu dengan gemas.

Dafi tertawa. Ia lalu menaik-turunkan sebelah alisnya.

ImpromptuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang