Lima Belas

8.2K 415 9
                                    

"Kalo ternyata gue jatuh cinta sama lo gimana?"

Vero menoleh dan menatap mata Darrel yang juga menatapnya tajam.

Vero tertawa dan kembali memandang laut dihadapannya. "Gak mungkinlah. Ngaco lo."

"Gak ada yang gak mungkin, Ver." Gumamnya.

Vero kembali menatap Darrel. Kali ini ia menatapnya dengan serius.

"Gue harap gak pernah ada kata cerai di antara kita." Ujar Darrel. Ia lalu mendekatkan wajahnya ke arah Vero. Perlahan, namun pasti. Matanya menatap bibir Vero yang begitu menggoda akhir-akhir ini. Dengan tanpa sadar, Vero menutup matanya. Sementara itu, Darrel semakin mendekatkan bibirnya pada Vero. Sial! Mau ngapain sih ini cowok? Bisik Vero dalam hati.

"Ngapain lo? Ngarep gue cium?" Tanya Darrel yang seketika terbahak-bahak.

Vero membuka matanya dan kembali menoleh kepada Darrel yang masih tertawa keras. Vero melepas sendal jepit yang ia pakai dan memukul-mukulkan ke punggung Darrel. "Nyebelin banget sih lo? Becandanya gak lucu tau gak!"

"Ahahahaha.." Darrel benar-benar tak bisa menahan tawanya itu. Apalagi mengingat ekspresi Vero yang kaget saat ia tiba-tiba terbahak.

"Udah ih, jangan ketawa mulu!"

"Abis ekspresi lo lucu banget, Ver. Kayak kucing minta dimanjain. Ahahha."

Vero mencubit tangan Darrel sampai suaminya itu meringis kesakitan. Namun setelahnya, Darrel tertawa semakin kencang.

***

Malam harinya, Vero menyusul ke kamar setelah membantu istri pak Heri mencuci piring dan beres-beres rumah. Di kamar itu Darrel sudah terlelap. Terdengar suara dengkuran halus ketika Vero membaringkan tubuhnya di sebelah Darrel

"Ra, jangan Ra.. gue gak bisa.." gumam Darrel dalam tidurnya.

Vero menatap Darrel, memastikan bahwa ia memang tertidur.

"Please, Ra.. jangan tinggalin gue.."

"Rel?" Bisik Vero. Namun Darrel tetap tak terjaga.

"Ra.."

Vero menatap Darrel lebih lama. Tadinya ia akan membangunkan Darrel jika ia terus mengigau seperti itu. Tapi, tak berapa lama, Darrel tidur dengan tenang. Ia pun akhirnya memutuskan untuk tidur tanpa memikirkan igauan Darrel barusan.

***

Pagi-pagi sekali mereka sudah berpamitan pada pak Heri dan istrinya. Selain itu mereka juga sangat berterimakasih atas pertolongan mereka dua hari terakhir.

Mobil mereka melaju sebelum matahari naik semakin tinggi. Vero memandang keluar jendela, dimana pepohonan masih mendominasi pandangannya.

"Rel?" Panggilnya, masih menatap luar.

"Hm?" Darrel menyahut sambil terus mengemudikan mobilnya dengan pelan.

"Semalem gue denger lo manggil seseorang. Tiara, Clara, atau entahlah, gue cuma denger Ra-nya doang. Dia pacar lo?"

Darrel tak menjawab pertanyaan Vero. Ia hanya mencengkeram kemudi mobil dengan erat.

"Rel?"

"Bukan urusan lo."

ImpromptuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang