Sepuluh

9.6K 462 1
                                    

Hari ini Darrel pulang cepat. Siang tadi ia menerima kabar bahwa kakek Yuda jatuh dari tangga dan butuh perawatan khusus. Tadinya ia berniat untuk pulang ke Bandung tanpa mengabari Vero seperti sebelum-sebelumnya, namun kakek berpesan agar hari ini ia membawa Vero. Kakek bilang, beliau takut ini terakhir kalinya bisa bertemu dengan cucu dan menantunya.

Mau tak mau Darrel mencoba memenuhi keinginan kakek. Ia menghubungi Vero untuk pertama kalinya.

Beberapa hari terakhir ini Darrel menyadari sikapnya yang mulai keterlaluan terhadap Vero. Darrel bersikap seperti itu bukan karena ia ingin, tapi ia bingung mau bagaimana. Pikirannya sedang kacau karena segala deadline yang terus menerus membebaninya. Alhasil, Vero lah yang menjadi tempat pelampiasannya. Ia menjadi cuek, dingin, bahkan terkadang bersikap kasar terhadap Vero.

Darrel duduk dibelakang kemudinya. Mobilnya ia parkir tak jauh dari kafe yang ia tahu adalah milik kakaknya Vero, Meira. Tempat yang ia tahu hanya kampus, kafe ini dan rumah orang tua Vero.

Darrel sudah mencari Vero di kampus, namun menurut teman Vero yang kebetulan bertemu dengannya dikampus, hari ini Vero tidak ada jam kuliah.  Selain itu, Darrel berpikir bahwa tidak ada kemungkinan Vero berada dirumah orang tuanya, karena setahu Darrel, rumah itu sudah kosong setelah Vero pindah kerumahnya. Jadi satu-satunya tempat yang bisa dikunjungi Vero hanyalah kafe ini.

Darrel menunggu beberapa menit hingga akhirnya menghubungi Vero untuk menanyakan keberadaannya. Dan benar saja, Vero berada di kafe tersebut. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Darrel turun dari mobil dan masuk ke dalam kafe. Di lantai dua kafe tersebut, tampak Vero tengah tertawa bersama seorang lelaki dan perempuan yang sebaya dengannya.

Darrel menghampiri Vero. Ia lantas menarik lengannya hingga Vero berdiri. "Ikut gue sekarang!" Ujarnya seraya melayangkan tatapan tajam pada manik mata Vero.

Vero melepaskan tangan Darrel yang mencengkeram lengannya dengan kuat. "Lepasin, Rel. Lo gak liat disini banyak orang?"

Cengkeraman Darrel melemah dan akhirnya terlepas. "Ayo ikut gue."

"Kemana?"

"Pokoknya lo ikut dulu."

Dengan pasrah, akhirnya Vero menuruti kemauan Darrel. Setelah berpamitan pada Reza dan Indri, ia mengikuti langkah Darrel keluar kafe dan langsung masuk ke dalam mobil.

Darrel tak menjelaskan apapun. Ia hanya diam seribu bahasa di sepanjang perjalanan.

"Kita mau kemana?" Tanya Vero saat mobil mereka sudah mulai memasuki jalan tol Purbaleunyi.

"Bandung. Ke rumah ibu."

"Kok dadakan gini? Kenapa? Gue gak nyiapin apa-apa, Rel."

"Kakek jatuh dari tangga."

"Apa? Kok bisa?"

"Gue juga belum tau pastinya. Tadi siang gue ditelpon kakek, katanya kakek pengen ketemu sama kita. Makanya gue cari lo."

"Lain kali, lo bisa kan bersikap sedikit lembut? Lo tau gak kalo orang-orang tadi berpikiran bahwa kita terlibat KDRT?"

"Dari mana lo tau?"

Vero tersenyum sinis. "Udah jelas dari tatapan mereka."

"Gue minta maaf."

"Basi." Vero mengalihkan pandangannya ke arah luar jendela sampingnya.

Sepanjang perjalanan itu mereka tak lagi berbicara satu sama lain. Keheningan menyelimuti keduanya. Hanya sayup-sayup suara radio yang menjadi penghangat suasana di mobil itu.

***

Jam menunjukkan pukul sebelas malam ketika mereka sampai di rumah orang tua Darrel. Rumah itu sudah tampak sepi. Darrel menelpon ibunya yang ternyata belum tidur karena menunggu anak sulungnya itu sampai dirumah.

ImpromptuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang