Dua Puluh Satu

7.3K 384 5
                                    

Titik-titik gerimis menempel di jendela taksi yang membawa Darrel dan Vero dari bandara. Suara rintikannya seolah menambah kesenduan langit bandung sore itu. Darrel dan Vero saling diam sejak mereka naik pesawat.

"Pak, mampir dulu ke resto yang didepan itu ya." Pinta Darrel pada pengemudi taksi.

"Baik, pak."

Yaelah, kenapa gak makan dirumah aja sih? Kan ribet bawa-bawa barangnya. Pikir Vero.

Taksi berwarna hitam tersebut masuk ke dalam gerbang restoran yang bisa dibilang cukup mewah.

Darrel turun dengan tergesa, meninggalkan Vero yang masih membereskan barang-barang mereka yang langsung dititipkannya ke pos satpam yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Vero lalu masuk ke tempat dimana Darrel berada.

"Rel, kok lo ninggalin gue?" Ujar Vero ketika sampai di meja Darrel.

"Lo ngapain ngikutin gue kesini?"

"Maksud lo apa sih? Bukannya lo bilang mampir dulu ya?"

"Coba inget-inget, kapan gue nyuruh lo buat turun?"

"Terus gue harus gimana?"

"Lo pulang duluan aja gih. Udah sering backpacker-an sendiri kan?"

Vero bangkit dari duduknya. "Bilang kek dari tadi. Setidaknya ngomong yang jelas, biar gue gak salah paham."

Vero pergi menjauhi Darrel tanpa menunggu respon suaminya itu. Vero benar-benar kesal dengan Darrel.
Ada apa sih sama lo, Rel? Aneh banget tingkahnya hari ini. Bisik Vero dalam hati.

***

"Kakek kira, Darrel bercanda kalo kalian pulang kesini hari ini. Padahal kan jadwal kalian pulang masih lusa. Ada apa sih?" Tanya kakek yang duduk dihadapan Vero.

Vero sudah berada dirumah mertuanya sejak dua jam yang lalu, namun Darrel masih tidak menampakkan batang hidungnya.

"Vero juga gak tau pasti kenapanya, kek. Tiba-tiba Darrel minta pulang tanpa menjelaskan apapun."

"Tapi kalian nggak bertengkar kan selama disana?"

Vero menggeleng pelan. "Nggak, kek."

"Kakek ini loh, kayak baru kenal cucunya aja. Dia kan gila kerja kek. Apalagi yang bisa membuat dia mengambil keputusan secepat itu kalo bukan terkait pekerjaan?" Jelas ibu mertuanya.

"Nah, makanya itu, kakek sering minta cicit. Biar dia bisa menghargai keluarga. Bukan terus-terusan kerja kayak gini. Buat apa punya banyak uang, tapi keluarga malah diabaikan?"

"Kakek.. udah ah. Jangan bahas ini terus. Mungkin mereka memang belum siap menjadi orang tua. Mereka juga masih muda. Masih banyak waktu kek."

"Kalo umur kan nggak ada yang tau. Mereka memang masih muda, tapi kakek? Tinggal nunggu antrian buat dijemput."

"Kok kakek ngomongnya gitu sih?" Tanya Vero. "Vero sama Darrel juga lagi mengusahakan kok. Mungkin memang belum dikasih aja." Tambahnya.

"Tuh kek, mereka lagi usaha juga. Daripada minta terus, mending bantu doa."

"Doa tanpa usaha juga percuma." Kakek bangkit dan meninggalkan mereka berdua.

Ibu mertua Vero tersenyum. "Vero, mending kamu istirahat aja. Pasti capek kan? Nanti biar ibu yang bukain pintu buat Darrel."

ImpromptuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang