Empat Puluh Tiga

6.2K 333 94
                                    

Maaf telat update-nya 🙏
Selamat membaca dan semoga suka! 😉

***

Sengatan matahari siang itu sungguh tak tertahankan. Membuat banyak orang enggan untuk keluar dari ruangan barang untuk sejenak. Namun berbeda halnya dengan Vero yang kini tengah berdiri di depan halte, menunggu taksi yang akan membawanya kembali ke rumah.

Hari itu, Vero memang tak banyak jadwal, sehingga ia memutuskan untuk pulang daripada terus berada di kampus.

"Bu Vero."

Vero yang merasa dipanggil, langsung menoleh ke arah sumber suara. "Ya?" Sahutnya.

Di sampingnya kini berdiri seorang lelaki dengan ransel yang digendong di bahu  sebelah kirinya.

"Aris?"

"Iya bu."

"Ada yang bisa dibantu?"

"Saya mau minta maaf bu, atas semua kelakuan saya tempo hari."

Vero menghela napas. Kenapa ini anak jadi sopan begini? Bukan dia banget. Pikir Vero.

"Ibu kamu udah cerita semuanya, dan saya ngerti kenapa kamu bisa berbuat seperti itu." Jawab Vero dengan nada ramah.

"Maaf bu."

Vero mengangguk. "Udah saya maafin."

"Makasih bu. Sama ini.."

"Apa lagi?"

"Saya mau pamit. Saya mau pindah kuliah ke Surabaya."

"Loh, kenapa?"

"Akan lebih baik dan lebih nyaman kalo saya melanjutkan kuliah disana. Ibu saya juga menyarankan hal tersebut."

"Ya udah, kalo memang itu keputusan kamu."

"Sekali lagi, saya minta maaf ya bu."

"Iya."

Bertepatan dengan itu, sebuah taksi berhenti di depan mereka.

"Dengan ibu Vero?"

"Iya, saya pak." Vero menoleh ke arah Aris. "Ada lagi?"

"Oh, nggak bu."

"Kalo gitu saya duluan ya."

"Iya bu."

Vero lalu berjalan meninggalkan Aris yang masih berdiri di halte, memperhatikan dosennya itu hingga masuk ke dalam taksi.

Hmm anak itu manis juga kalo lagi baik. Ehh, lo mikir apa sih, Ver? Vero menggeleng sendiri.

"Sesuai aplikasi bu?"

"Iya pak, sesuai kok."

***

Jakarta di siang hari memang selalu macet. Apalagi jam-jam makan siang seperti ini. Biasanya Vero hanya butuh empat puluh lima menit perjalanan pulang, hari ini malah sampai dua jam perjalanan.

Dengan langkah gontai, Vero masuk ke dalam rumah yang sudah lebih dari satu tahun ini ia tinggali bersama Darrel. Samar-samar ia mendengar orang tengah berbincang dari arah dapur. Oh, udah pulang ternyata. Bisik Vero.

Gadis itu lalu bergegas ke kamarnya tanpa berniat menyapa Darrel terlebih dahulu. Ia berpikir, bukan kewajibannya untuk menyapa lelaki itu, toh mereka bukan seperti pasangan yang sewajarnya.

Dari dalam kamarnya, Vero mendengar suara tawa seorang wanita. Dan ia yakin suara itu bukanlah suara ibu mertuanya. Lalu siapa?

ImpromptuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang