Tiga Puluh Sembilan

5.7K 351 32
                                    

Udah seminggu tapi belum tercapai, padahal udah gak sabar mau up 😥

Tenang, gak apa-apa, aku akan tetep up buat manteman yg udah vote.

Dan buat sider-sider lainnya, semoga Tuhan memudahkan jempol-jempol kalian untuk mengetuk bintang di pojok kiri bawah itu hihihi
Btw, makasih tetep mau baca dan ngikutin cerita ini ya 😙

Happy reading! 😉

***

Kepulan asap dari cangkir kopi yang baru saja di seduh menyeruakkan aroma khasnya ke penjuru ruangan rumah yang terletak di sudut kota Semarang itu. Hujan deras yang mengguyur dini hari tadi, membuat jalanan kompleks basah dan menyisakan genangan di beberapa titik. Suasana rumah masih tampak sepi, padahal sudah masuk jam sembilan pagi.

Di dapur, tampak Vero tengah berdiri menghadap meja pantry dengan dua cangkir kopi di atasnya, salah satunya masih ia aduk. Sesekali ia menghela napas dengan mata terpejam, menghirup aroma khas itu dalam-dalam. Entah kenapa, pikirannya kembali pada malam kemarin, saat resepsi pernikahan kakaknya.

Suasana ballroom hotel malam itu sungguh ramai. Banyak tamu undangan yang menghadiri resepsi pernikahan Meira dan Trisna. Beberapa orang yang Vero kenal pun ada disana.

Dengan balutan gaun malam berwarna putih, Meira menghampiri adik semata wayangnya yang berdiri mematung di samping Darrel.

"Ver, Rel, jangan lupa ikut dansa ya?"

"Jangan aku lah kak, Indri sama Reza aja." Sahut Vero.

"Iih, gak ada penolakan pokoknya."

Trisna yang baru bergabung merangkul pinggang Meira dengan mesra. "Sayang, ayo."

"Ayo, Ver." Meira menatap Vero sejenak, lalu beralih ke Darrel yang juga terdiam. "Rel?"

Tubuh Meira menjauh dari keduanya dan melangkah ke tengah ballroom saat lagu Perfect milik Ed Sheeran mulai mengalun.

"Mau turun?" Tanya Darrel dengan datarnya.

Vero menoleh ke arah Darrel yang tengah menatap Meira dan suaminya berdansa. Lelaki itu lalu berpaling menatap Vero dan tersenyum. Vero merasakan ada sesuatu yang berdesir ketika menangkap senyuman Darrel yang terlampau manis. Buru-buru gadis itu berpaling, menatap apapun selain wajah tampan Darrel.

Darrel meraih jemari Vero dan menariknya hingga ke tengah ballroom, tepat di sebelah pasangan mempelai yang sedang berdansa. Puluhan bahkan ratusan pasang mata menatap ke arah mereka.

"Rel," Vero melepaskan tautan tangan mereka. "apa-apaan sih?"

Vero membalikkan tubuhnya dan hampir beranjak pergi ketika sebuah tangan kekar menariknya kembali. Pandangan mata mereka bertemu untuk sepersekian detik.

"Apa salahnya kita menghargai permintaan mempelai? Apalagi dia kakak lo sendiri."

Vero menatap Meira yang ternyata jaraknya kini lebih dekat. Sebuah kedipan terlontar dari wajah berseri-seri Meira.

Darrel mengangkat tangan kirinya di sebelah Vero yang masih berdiri mematung. Dengan ragu, gadis itu menempatkan tangan kanannya di atas telapak tangan Darrel yang terbuka. Darrel tersenyum, sedetik kemudian tangannya yg bebas menarik tangan kiri Vero dan menaruhnya di bahunya, otomatis gadis itu melangkahkan kakinya hingga berdiri tepat di hadapan Darrel. Lalu keduanya pun mulai menggerakkan tubuh mereka, mengikuti alunan musik yang begitu memabukkan.

ImpromptuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang