Empat

11.2K 586 8
                                    

Darrel POV
Kepulangan gue kali ini, gue dapet surprise dari semua keluarga gue. Selain gue diminta pindah kerja di Indonesia, alias balik ke kampung halaman, gue juga bakal dijodohin sama anak temen almarhum papa! Gila gak tuh?

Gak ada angin, gak ada hujan. Tiba-tiba gue disuruh pulang dari Jepang. Memang sih gue jarang pulang, tapi ya wajar lah buat cowok seusia gue yang kerja di luar negeri, yang notabene tinggal di negeri maju kayak Jepang. Toh, orang lain pun sama kok.

Yang gue gak suka dari rencana ini adalah, kenapa harus mendadak? Kenapa gue harus tau dari adek gue sendiri? Dan yang terpenting, kenapa harus gue yang dijodohin? Sial!

***

Author POV
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Kediaman keluarga Kinanto di bilangan Cibubur kini telah berubah. Dihias dengan berbagai bunga dan tenda pernikahan. Ya, hari ini adalah hari pernikahan Meira dan Darrel. Pernikahan antar dua keluarga yang mengikat janji untuk menjodohkan anak sulung mereka.

Clarissa bolak-balik membantu membereskan segala sesuatu yang masih dirasa kurang. Kebaya peach dan make up yang telah sempurna tak menghalanginya untuk bergerak cekatan seperri biasanya. Sebisa mungkin supaya semua berjalan lancar dan terlihat perfect.

"Tamara, coba tolong panggilin Vero ya. Dia masih dandan deh kayaknya." Pinta Clarissa pada salah seorang keponakannya.

"Vero disini, bun." Sahut Vero yang ternyata sudah berada di belakangnya.

"Vero, kamu cantik banget sayang.." ujar bundanya.

Vero memakai kebaya berwarna senada dengan bundanya. Dengan kebaya potongan V-Neck rendah seperti itu membuat ia terlihat lebih dewasa. Rambutnya yang panjang ia kepang menyamping dengan hiasan bunga kecil di ujung kepangannya. Make up-nya yang sangat natural terasa melekat di wajah cantiknya itu, bahkan tampak seperti tanpa make up. Ia memakai heels lima senti, karena memang ia tak begitu suka dengan heels. Selain karena membuat kakinya pegal, juga karena ia memang sudah tinggi, jadi tak perlu bantuan heels lagi untuk membuatnya terlihat anggun ketika memakai kebaya.

Vero tersenyum. "Kan bunda yang minta.." ujarnya.

"Maaf bu, besan sudah sampai." Ujar seorang lelaki, memberitahu.

"Makasih, mas. Vero, tolong jemput kakakmu di kamarnya ya, cepetan gih."

"Iya, bun."

***

Vero membuka pintu kamar Meira setelah berkali-kali tak ada jawaban dari dalam.

"Kak Meira?" Panggilnya.

Vero masuk dan berkeliling kamar untuk mencari keberadaan kakaknya. Bahkan kamar mandi pun tak luput ia periksa. Namun tetap nihil. Ia mencoba menelpon Meira, namun ponsel Meira ternyata ada dibawah gaun pengantin yang diletakkan di atas tempat tidur king size milik Meira.

Kak Meira kemana sih? Batinnya.

Vero lalu turun kembali dan meminta beberapa orang untuk membantunya mencari Meira.

Tiba-tiba saja ponselnya bergetar, tanda email masuk. Ia tak langsung mengecek karena ia pikir itu dari teman kampusnya. Ia terus mencari dimana kakaknya tanpa sepengetahuan orang tuanya. Semua kamar, ruangan, luar rumah, taman dan dapur sudah ia periksa sampai dipastikan bahwa Meira memang tak ada di rumah itu.

ImpromptuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang