Dua Puluh Delapan

6.5K 333 11
                                    

Makasih sebelumnya buat lanawulan dan kamu-kamu yg nungguin lanjutan cerita ini..
Jangan lupa vote ya! 😉

***

Darrel membuka pintu depan rumahnya dan langsung masuk ke dalam dengan tas jinjing serta ransel milik Vero. Sementara pemilik ransel tersebut berusaha mengekorinya dari belakang.

Banyaknya anak tangga di rumah itu cukup membuat Vero kewalahan. Beruntung kini kakinya sudah lebih baik, jadi ia tidak perlu repot-repot menggunakan tongkat atau kruk seperti sebelumnya. Meskipun begitu, kaki Vero masih di bebat sehingga masih belum bisa berjalan normal.

Vero sudah berhasil menaiki tangga menuju ruang keluarga ketika Darrel keluar dari kamarnya. Ia menyeret sebelah kakinya dan berjalan sedikit terpincang-pincang.

"Dari tadi baru sampe sini?"

Vero mendelik kesal. "Komen mulu. Bukannya bantuin." Gerutunya.

"Oh, butuh bantuan?" Darrel menghampiri Vero. "Sini biar-"

"Gak usah. Gue bisa sendiri."

"Oh, oke." Darrel lalu meninggalkan Vero dan berjalan ke dapur.

"Astagaaa.. kenapa ada orang secuek dan semenyebalkan itu sih? Gak peka banget." Vero mengomel sendiri sambil berjalan ke kamarnya. Ia langsung menutup pintu kamar itu dan berbaring di kasur empuk dengan bedcover putih terlipat rapi di ujung tempat tidurnya.

Tak berapa lama, pintu diketuk dari luar.

"Lo belum tidur kan, Ver?"

"Kenapa?"

"Gue boleh masuk?"

"Masuk aja, gak gue kunci."

Cklek!

Pintu yang terbuka itu menampakkan kepala Darrel yang tengah melongok ke arah Vero. Ia lalu masuk dengan nampan berisi mangkuk berukuran sedang dan segelas susu putih di sebelahnya.

Darrel menaruh nampan tersebut di nakas sebelah tempat tidur Vero. "Gue buatin mac and cheese nih buat lo. Dari tadi siang belum makan kan?"

Vero bangkit dan membetulkan posisinya agar bisa duduk bersandar.

"Makasih, tapi gue gak laper."

Darrel melihat jam weker di atas nakas. Pukul sembilan malam.

"Yakin gak laper? Lo gak lagi diet kan?"

"Lagi gak laper aja."

"Padahal gue bikinnya pake extracheese loh. Sayang banget kalo dibuang." Darrel menunjukkan wajah sedihnya. "Ya udah, gue balik deh ke kamar." Ia mengangkat kembali nampan yang tadi ia bawa.

"Mm, Rel."

Darrel kembali menoleh ke arah Vero.

"Itunya taruh aja disini."

"Apa?"

Vero menunjuk nampan dengan dagunya.

Darrel mengikuti arah pandangan Vero. "Ini?"

ImpromptuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang