Enam Belas

7.7K 434 1
                                    

Malam ini Vero begitu bahagia karena bisa bertemu lagi dengan kakaknya tercinta setelah hampir satu tahun tidak ada kabar darinya. Mereka berbaring di atas ranjang kamar Vero sambil bercerita banyak. Tentang kejadian hari itu sampai kini mereka bertemu lagi.

Meira juga banyak bercerita kenapa ia akhirnya memilih untuk pergi dari pada harus menikah dengan Darrel.

"Terus selama ini kakak tinggal dimana kalo bukan sama keluarganya kak Dito?"

"Kakak tinggal di Bali selama ini. Kakak kerja disana."

"Cowok yang tadi.."

"Dia pacar kakak. Namanya Trisna."

"Kak Dito?"

"Kakak putus sama Dito sebelum kakak pergi dari rumah. Dito nggak terima kakak dijodohin. Meskipun kakak bilang gak akan menerima perjodohan itu, tapi Dito tetap nggak mau melanjutkan hubungan kami. Awalnya kakak bingung, atas alasanapa sampai dia bener-bener gak mau ngelanjutin hubungan kami. Eh, gak taunya, ternyata dia udah menghamili anak orang disana." Meira tertawa.

"Setelah tau kabar itu, kakak kabur ke Bali. Disana kakak ketemu Trisna. Dia nawarin kerjaan ke kakak sebagai barista. Ya kakak seneng lah. Bukan hanya karena dapet kerjaan disana, kakak juga tinggal di homestay miliknya."

Vero memeluk kakaknya erat. "Ayah sama bunda tau?"

"Tau. Buktinya sekarang kakak tinggal dirumah kita yang dulu."

Vero melepaskan pelukannya. "Kok mereka nggak bilang ke aku?"

"Ayah sama bunda khawatir kamu berubah pikiran dan memilih untuk bercerai dengan Darrel."

"Tapi kan harusnya bilang. Mereka nggak tau sefrustasi apa aku nyariin kakak selama ini. Jahat banget sih.."

"Sst, udah udah. Yang penting sekarang kita udah ketemu lagi."

"Tapi kan kak.."

"Udaah. Sekarang, coba ceritain tentang suami kamu. Kata anak-anak cafe, dia suka kasar sama kamu. Itu bener?"

"Hmm.. iya. Tapi dia kayak gitu karena aku juga yang salah, kak. Kadang aku gak nurutin kemauan dia. Atau karena moodnya yang terlalu sering berubah."

"Kamu suka sama dia?"

"Nggaklah."

"Itu buktinya kamu belain dia."

Vero terdiam.

"Tapi orangnya baik kan sebenernya?"

"Baik sih.."

"Tapi?"

"Nyebelinnya itu loh kak.. sampe gak habis pikir aku. Kok bisa gitu ada orang senyebelin itu."

"Hati-hati loh, nanti kamu jatuh cinta sama dia, baru tau."

"Ih, kakak nih."

"Loh, beneran. Udah banyak yang kejadian kayak gitu."

"Aku jangan sampe termasuk lah."

Meira tertawa. "Kamu ini, Ver.."

***

Vero keluar dari ruangan dosen pembimbing skripsinya dengan senyum mengembang. Ia akhirnya sudah diperbolehkan untuk sidang skripsi. Ia baru akan menelpon Meira saat ponselnya berdering dan nama Dafi yang tertera.

"Lo di kampus kan?" Tanya Dafi sebelum Vero sempat menjawab.

"Iya. Kenapa Daf?"

ImpromptuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang