Dua Puluh Sembilan

5.9K 304 10
                                    

Makasih buat bendyaranii yang selalu setia ngepoin Bang Darrel 😁
Semoga suka! 😉

***

Bulan purnama memancarkan sinarnya yang paling terang, dan jutaan bintang bertebaran menghiasi langit Singapura malam itu. Darrel duduk di kafe hotel tempatnya menginap.

"Sorry, aku lama ya?" Seorang wanita duduk tepat di kursi yang berhadapan dengan Darrel.

"Ah, nggak kok. Santai aja."

"Thanks. Udah pesen?"

"Belum. Mau pesen apa?" Darrel membuka buku menu.

Fara menahan tangan Darrel, sehingga buku tersebut tidak sampai terbuka. "Aku Latte Macchiato* aja."

"Hm, oke."

Darrel lalu memesan pada seorang pelayan kafe tersebut. Lalu kembali menatap Fara.

"Kamu masih punya hutang penjelasan ke aku, Ra."

Fara tersenyum. "Iya, aku juga tau itu kok."

"So?"

"Aku harus mulai dari mana?"

"Dari awal. Dari sejak aku liat kamu di apartemen pas kamu.." Darrel menghentikan ucapannya.

Fara menggenggam tangan kiri Darrel. "Rel, aku minta maaf soal yang itu. Aku bener-bener minta maaf."

"Jadi, kenapa kamu bohong? Pura-pura udah meninggal, padahal-"

"Aku gak berani ketemu sama kamu waktu itu!"

Darrel menatap Fara.

"Kenapa, Ra?"

"Aku udah jahat banget sama kamu. Aku kira kamu akan tetap menetap di Jepang." Fara berkaca-kaca. "Aku luka parah karena kecelakaan itu, Rel. Tulang pinggul aku patah. Dokter bahkan sempat memvonis kalo aku lumpuh. Aku takut kalo kamu tau, kamu akan merasa bersalah dan tetap bertahan sama aku. Kamu kira aku sanggup liat kamu terbebani seumur hidup? Nggak, Rel.."

Fara mulai terisak. Sementara Darrel berusaha mencerna cerita Fara dan menimbang, apakah Fara jujur kepadanya atau tidak?

"Aku dirawat bertahun-tahun, Rel. Mencoba agar bisa sembuh. Setidaknya aku bisa jalan lagi kayak dulu supaya aku nggak nyusahin orang lain. Beberapa bulan yang lalu, pas aku keluar dari rumah sakit, ternyata kamu udah balik ke Indonesia. Aku bingung, Rel. Bahkan pas aku ke Indonesia beberapa waktu lalu, aku cuma berani melihat rumah kamu dari kejauhan. Itu pun kalo kamu belum pindah rumah."

"Aku masih tinggal disana."

"Tapi waktu itu aku liat cewek keluar dari rumah kamu. Dan setahuku, kamu gak punya adik cewek."

"Itu Vero."

"Pacar kamu?"

Darrel menggeleng. "Dia.."

"Excuse me, this is your order, sir." Seorang pelayan menghampiri mereka dan menaruh dua cangkir kopi yang telah mereka pesan.

"Thank you."

"Your welcome, sir. Enjoy it." Pelayan itu lalu pergi.

"Tiga tahun, Ra. Tiga tahun kamu bohongin aku. Tiga tahun aku berpikir bahwa kamu bener-bener udah meninggal.. karena aku."

"Aku minta maaf, Rel. Aku gak bermaksud."

Lama Darrel terdiam. Hingga akhirnya, "Jangan kamu ulangi lagi."

ImpromptuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang