Delapan

9.7K 466 1
                                    

"Iya, bun. Vero pasti jaga kesehatan kok. Bunda juga ya.." ujar Vero dengan earphone menempel di kedua telinganya.

Vero dan bunda memang tidak terlalu dekat seperti Meira dan bundanya. Namun semenjak insiden nikah dadakan itu, Vero jadi lebih intens ditelpon ibunya. Ingat ya, ditelpon, bukan menelpon.

Vero tertawa sekilas. "Iya dong, kan anak bunda."

"Iya bunda, iya. Oke deh. Salam juga ya buat ayah."

"Bunda?" Bisik Darrel yang baru saja pulang. Vero mengangguk.

"Iya, bunda. Daah."

Sambungan telpon dimatikan dan Vero menaruh ponsel beserta earphonenya di sofa. Ia lalu mengambil remote TV dan mengeraskan suaranya.

"Dari mana?" Tanya Vero setelah Darrel nimbrung di sofa itu.

"Jogging lah. Emangnya elo? Pemalas. Jam segini aja belum mandi."

Vero melihat jam di ponselnya. "Yaelah, ini kan baru jam tujuh. Lagian ini juga hari minggu, gue gak ada rencana kelayapan."

"Lo itu cewek, masa mandi aja harus ada rencana pergi dulu? Ngaco deh lo."

"Berisik ih, komen mulu." Sahut Vero seraya melemparkan bantal yang berada di pangkuannya ke arah Darrel, sehingga membuat kakinya yang hanya memakai hotpants terekspos dengan sempurna.

Anjir, ini cewek! Bisiknya dalam hati seraya mengalihkan pandangannya.

"Ambilin minum gih, gue haus."

"Ambil sendirilah. Masih punya tangan kan?"

"Vero.." Darrel menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.

"Iya, iya. Gue ambilin. Minum apa?"

"Kopi yang biasa aja."

"Dih, katanya haus, tapi malah minta kopi. Dasar aneh!"

"Ya terserah gue dong mau minum apa.."

"Ya, ya. Whatever." Vero lalu beranjak dari sofa menuju dapur dan membuatkan kopi yang Darrel minta.

Vero kembali dengan secangkir kopi yang asapnya masih menari diatas cangkir tersebut.

"Ini ya, kopinya." Vero membungkuk tepat di depan Darrel. Bagian leher kaos Vero yang lebar mengikuti arah gravitasi, membuat bagian tubuhnya lagi-lagi terekpos dan Darrel melihatnya dengan tidak sengaja.

"I- iya."

Vero kembali duduk di sofa yang tadi ia duduki dan menonton TV lagi. Entah Vero menyadari atau tidak dengan perubahan reaksi Darrel saat itu.

Sementara Darrel mulai tak nyaman dengan kondisi tersebut. Ia ingin fokus melihat layar TV, tapi ia tak bisa jika Vero terus saja membuatnya begitu. Ia lalu memperhatikan Vero yang duduk di sebelahnya.

Vero terlihat menarik. Apalagi ketika tertawa seperti itu. Gaya duduk Vero yang bersilang kaki di sofa, kaos kebesaran dan rambut yang dicepol ke atas memperlihatkan leher jenjangnya yang begitu menggoda. Anak rambut yang menjuntai di tengkuknya semakin membuat Darrel ingin menyibakkannya dengan lembut. Darrel kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat. Rel, sadar, Rel. Dia cuma anak kecil! Lo jangan berpikiran kotor! Pikirnya.

"Kenapa lo, kak?" Tanya Vero yang melihat ke arahnya.

"Hah? Nggak." Jawab Darrel kikuk.

Darrel akhirnya berdiri dan melemparkan handuk yang sudah basah keringat ke arah paha Vero agar sedikit menutupinya.

ImpromptuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang