Tiga Puluh Enam

5.6K 274 8
                                    

Vero duduk di sofa ruang tengah, menonton acara traveling yang ditayangkan oleh salah satu stasiun TV swasta setiap minggu pagi. Di hadapannya tampak Darrel berjalan mondar-mandir sambil berpikir.

Vero memperbaiki ikatan rambutnya yang sedikit melonggar. Ia membuat cepol atas, sehingga leher jenjangnya terekspos sempurna.

"Jadi maksud lo, kita gak melakukan.." tanya Darrel memastikan.

"Nggak."

Darrel lalu duduk di sofa kecil yang terletak di sebelah Vero. "Lo yakin?"

"Banget."

Darrel menghembuskan napas lega. "Terus kenapa lo pake acara buka baju segala?"

"Kan udah gue jelasin tadi. Gue cuma mau nolongin lo."

***

Lima jam yang lalu..

Vero terbangun dari tidurnya. Ia merasa gerah memakai bed cover yang begitu tebal. Apalagi ditambah dekapan Darrel yang cukup erat.

Vero melepaskan tangan Darrel yang melingkar di tubuhnya, dan merasa bahwa tangan Darrel lebih dari hangat. Ia lalu duduk dan menyentuh dahi lelaki itu. Suhu tubuhnya sangat panas.

Vero melirik jam di nakas. Pukul tiga pagi.

"Jam segini mana ada klinik yang buka? Kalopun ada, jauh banget."

Vero beranjak dari tempat tidurnya. Ia ke dapur untuk mengambil wadah dan kain yang bisa digunakan sebagai kompres.

Vero kembali dengan cepat. Ia mulai memeras kain yang sudah dibasahi, lalu menaruhnya di dahi Darrel.

"Pasti karena gak makan nih. Jadi orang suka ngeyel sih. Jadi gini kan sekarang."

Vero mengambil kain itu dan kembali dibasahi. Berulang kali ia melakukan hal yang sama selama satu jam penuh, namun suhu tubuh Darrel tak juga menurun.

"Masa gue harus lakuin transfer suhu kayak biasa nyokap lakuin pas gue sakit sih?"

Setelah berpikir cukup lama, ia akhirnya menyerah.

"Bodo amat deh." Vero mulai membuka baju tidurnya dan kembali naik ke tempat tidur. Ia pun membuka baju dan celana Darrel sambil menutup matanya. Baju-baju itu ia lempar entah kemana.

"Sorry, ini demi kesembuhan lo juga kok. Gue gak ada niat macem-macem."

Kemudian Vero masuk ke balik selimut dan memeluk Darrel. Berusaha sebisa mungkin  agar kulit mereka tetap bersentuhan.

"Please, cepet normal lagi dong.."

Vero mengeratkan pelukannya pada Darrel yang sesekali mengigau tak jelas. Lama-lama, kantuk kembali menghampiri Vero. Sampai akhirnya mereka tertidur saling berpelukan.

***

"Bener gitu doang yang terjadi semalem?"

"Iya. Astaga, lo gak percayaan banget jadi orang?"

"Ya bukannya gitu." Darrel mengerucutkan bibirnya. "Abis gue shock banget, bangun tidur liat cewek telanjang dalam pelukan gue."

ImpromptuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang