Lima Puluh Enam

4.4K 359 83
                                    

Entah setan dari mana, akhirnya aku nulis lagi. Mungkin saking kencengnya teriakan kalian yg gak berhenti buat nagih sampe banyak dm masuk 😅
Ini sedikit ya, sekedar mengobati rindu kalian sama babang ngeselin satu ini.
Happy reading! 😉

***

"Rel, bangun Rel." Ujar ibunya seraya menepuk-nepuk tangannya yang menjulur ke lantai.

Entah sofa di ruang keluarga itu yang terlalu kecil untuk menampung Darrel, ataukah memang posisi tidur lelaki itu yang terlalu berantakan. Selimut yang awalnya menutupi seluruh tubuh Darrel, kini teronggok di lantai. Bantal yang seharusnya digunakan untuk kepala, malah berujung di kaki. Dan kini, lelaki itu masih tengkurap di atas sofa dengan dengkuran halus yang masih jelas terdengar.

"Rel!" Ibunya kembali menepuk tangannya agar lelaki itu terbangun. "Kamu emang gak kerja ya hari ini?"

"Hm? Kerja kok bu." Jawab Darrel, masih dengan mata yang terpejam.

"Ya ampun ini anak susah banget bangunnya. REL!!"

"Iya bu, iya. Darrel bangun." Dengan malas ia mendudukkan dirinya. Ia mengucek mata dan melihat jam dinding yang menunjukkan pukul enam pagi. Shit, gue telat!

"Ibu kenapa gak bangunin Darrel dari tadi?"

"Dih, ibu udah bangunin kamu dari jam lima ya. Enak aja malah nyalahin ibu. Lagian kamu kenapa sih? Gak biasanya banget kesiangan gini? Habis begadang ya?"

"Iya. Kerjaan lagi numpuk soalnya." Ia kembali melihat jam. "Ah, udah bu, jangan tanya Darrel dulu. Darrel udah kesiangan ini." Darrel berdiri dan hendak membuka pintu kamarnya. Namun ia teringat bahwa Vero tidur di kamar itu semalam, sehingga ia mengurungkan niatnya dan berjalan ke kamar mandi di sebelah dapur.

Darrel mengambil handuk dan membuka pintu. Tapi sayangnya pintu kamar mandi itu terkunci.

"Ahelah, siapa sih ini?"

Cklek!

Pintu terbuka dan menampilkan sosok Vero yang berada di kamar mandi itu dengan handuk kecil membelit kepalanya. Aroma shampoo menyeruak, menyapa indera penciuman Darrel yang seketika seolah kehabisan napas karena tanpa ia sadari, ia menghirup aroma menyegarkan itu dalam-dalam. Kaos Darrel terlihat kebesaran di tubuh mungil Vero, sampai-sampai lubang lehernya sedikit menampilkan tulang selangka Vero yang nampak begitu indah. Anak rambut yang mengintip dari balik handuk meneteskan bulir air, sehingga membentuk bekas tetesan di sekitar bahunya.

Jika di drama-drama telenovela atau di drama FTV, adegan selanjutnya adalah saling menghalangi jalan dan saling menyuruh lawannya untuk berjalan lebih dulu. Akan tetapi, yang terjadi dengan mereka justru malah sebaliknya.

"Keluar lo!" Darrel menarik tangan Vero agar gadis itu keluar dari kamar mandi "Gue lagi buru-buru nih. Bisa-bisa gue telat sampai ke kantor."

"Sabar kali, ngomel mulu." Vero keluar dari kamar mandi itu dengan mengerucutkan bibir. "Jangan marah-marah terus. Nanti cepet tua!" Ujar Vero setengah berteriak ke arah pintu kamar mandi yang kini sudah tertutup rapat.

"Bodo!" Jawab Darrel dari dalam kamar mandi.

***

Siang itu Vero tampak begitu sibuk. Pasalnya, hari ini adalah hari dimana event yang ia tangani berlangsung. Hilir mudik ia membantu panitia lainnya demi lancarnya acara yang terbilang cukup bergengsi itu.

Vero duduk sejenak di belakang panggung seraya mengusap peluhnya yang membanjir.

"Nih, minum dulu." Sebuah tangan menyodorkan sebotol air isotonik dingin ke arahnya, membuat ia akhirnya mendongak untuk melihat siapa orang tersebut.

ImpromptuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang