Dua Puluh Empat

6.8K 340 12
                                    

Sudah tiga hari terakhir ini Vero menginap di rumah Meira. Selain untuk membantu persiapan lamaran kakaknya, ia juga ingin menghindar dari Darrel untuk sementara waktu.

Vero turun dari taksi dan masuk ke dalam kafe milik kakaknya dengan langkah gontai. Suasana yang tenang dan nyaman, serta pemandangan gemerlap ibukota yang ditawarkan membuat kafe tersebut tak pernah sepi pengunjung. Vero menyapa beberapa pelayan yang berpapasan dengannya ketika menaiki tangga menuju lantai dua kafe tersebut.

"Eh, Ver. Udah pulang? Gimana kampus hari ini, aman?" Tanya calon kakak iparnya.

"Aman dari Hongkong? Yang ada kesel mulu hari ini. Udah ketumpahan kopi, dikelas ketemu sama orang ngeselin lagi. Masa gue dipanggil tante-tante sih, bang?"

"Kamu emang udah cocok jadi tante-tante kali, Ver." Ujar Meira yang entah dari kapan berada disitu.

"Ih, kak Meira, jangan ikut-ikutan bikin aku kesel deh." Vero mengerucutkan bibirnya.

"Udah-udah, jangan kesel terus. Mending kamu ke balkon gih."

"Kenapa?"

"Ada Darrel. Dia udah sejam nungguin kamu disana."

"Ngapain dia kesini?"

Meira mengangkat bahunya. "Gak tau, kangen mungkin?"

"Gak mungkin banget." Bisiknya ke diri sendiri.

"Udah sana temuin dulu, kasian loh kelamaan nunggu."

"Ya lagian, kenapa gak telpon aja coba?" Gerutu Vero sambil melangkah ke tempat yang dimaksud Meira.

Disana tampak Darrel sedang mambaca sebuah buku yang cukup tebal. Dihadapannya terdapat secangkir kopi yang sudah tinggal seperempat.

"Nyari gue?"

Darrel mengalihkan pandangannya dari buku tebal itu dan melihat orang yang baru saja berbicara kepadanya.

"Please, jangan senyum, Rel." Pikir Vero.

Darrel tersenyum ketika melihat Vero berdiri di hadapannya. Seketika ada gelenyar aneh yang Vero raskaan ketika melihat Darrel tersenyum seperti itu.

"Ada apa lo nyari gue?"

"Salahkah?"

"Nggak. Aneh aja. Gak biasanya lo jauh-jauh kesini buat nyariin gue. Biasanya lo selalu telpon dan minta gue buat dateng ke tempat lo, sejauh apapun itu."

Darrel terkekeh. "Gue cuma mau minta maaf sama lo. Meskipun gue gak tau dimana letak kesalahan gue akhir-akhir ini."

Vero menoleh ke arah lain.

"Lo gak cape berdiri terus? Kursi disebelah lo masih kosong kok."

Vero masih terdiam ditempatnya.

Darrel menaruh buku yang di pegangnya ke atas meja, ia lalu bangkit dan menghampiri Vero. Darrel menarik kursi yang berada tepat di sebelah Vero.

"Apa gue juga harus ngajarin lo caranya duduk, hm?"

Vero menatap Darrel. Ia lalu duduk di kursi yang Darrel pegang. Darrel lalu kembali ke kursinya.

"Jadi gimana, permintaan maaf gue diterima?"

"Gak ada yang perlu dimaafkan, karena lo gak salah."

"Kalo gue emang gak salah, terus apa alasan lo menghindari gue selama seminggu ini?"

"Gue gak menghindar dari lo."

"Gak usah mengelak. Gue tau kok, kalo lo menghindari keadaan dimana kita harus ketemu. Entah di rumah kita, ataupun disini."

ImpromptuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang