3

123K 5.4K 43
                                    

Elena baru selesai menyetrika pakaian saat jam sudah menunjukkan pukul empat sore—waktunya ia menjemput beberapa anak di sekolahnya. Segera ia bersiap agar anak-anak tidak menunggunya terlalu lama.

"Elena."

"Iya Bunda," kata Elena menengok sebentar lalu kembali merapikan rambutnya.

"Kau tidak perlu menjemput anak-anak. Aku sudah meminta petugas keamanan disini untuk menjemput mereka," kata Savannah yang berdiri diambang pintu kamar Elena. "Kau harus bersiap."

"Bersiap? Bukannya aku tidak perlu menjemput anak-anak lagi?"

"Kau harus bertemu seseorang."

"Seseorang? Siapa?"

Savannah tersenyum kecil. "Seseorang yang akan mengadopsimu."

"Mengadopsiku? Tapi Bunda, aku—"

"Bersiaplah."

Setelah berbicara seperti itu, Savannah pergi dari tempatnya berdiri dan meninggalkan Elena yang masih bertanya-tanya dengan dirinya sendiri.

Mengadopsi? Setelah sekian lama aku tinggal disini baru sekarang ada yang mau mengadopsiku?

Elena yang memang sudah siap kemudian mengambil langkah menuju ruang pertemuan. Beberapa anak terlihat sedang bermain di taman, namun saat mereka melihat Elena segera mereka bangkit dan memeluknya sejenak. Ya, itulah kebiasaan anak-anak panti yang Elena sukai.

Pintu ruang pertemuan yang terbuka membuat Elena bisa melihat siapa yang sedang berada didalam. Savannah terlihat sedang menceritakan sesuatu pada calon 'orang tua baru' Elena sebelum ia menyodorkan beberapa dokumen yang harus ditandatangani oleh orang itu.

"Ayo masuk Elena."

Suara Savannah yang mempersilahkannya masuk membuat Elena mengambil langkah dan berdiri dekat dengan Savannah. Senyum kecil mengembang diwajah Elena untuk menutupi matanya yang sedang menyelidiki orang yang duduk tepat didepan Savannah ini.

"Maaf, saya terlalu lama membuat kalian menunggu. Anak-anak tidak memperbolehkan saya pergi kemari," kata Elena sebagai kalimat pembuka.

Penyelidikan Elena menghasilkan kesimpulan bahwa seseorang yang akan mengadopsinya ini adalah laki-laki berusia sekitar tigapuluh tahunan dengan seorang istri cantik yang hidup bahagia namun masih belum dikaruniai seorang anak. Wajahnya masih terlihat sangat muda, namun guratan lelah dan janggut tipis yang ada diwajahnya membuat tampilannya sedikit terlihat tua.

"Tidak apa-apa," kata laki-laki itu seraya tersenyum sambil mengulurkan tangannya pada Elena. "Saya Kynnan Orlando."

Elena juga tersenyum sembari menyambut jabatan tangan Kynnan. "Elena, Elena Jasmine."

"Nama yang indah."

"Tuan Kynnan adalah orangtua barumu sekarang," kata Savannah ikut berbicara. "Lebih baik sekarang kau bereskan pakaianmu, ia akan menunggumu disini."

"Jangan terlalu banyak membawa pakaianmu, aku tidak ingin kau kesulitan membawanya," kata Kynnan menimpali.

"Baiklah."

Elena memilih untuk berjalan di lorong paviliun untuk menghindari anak-anak panti yang sedang asyik bermain. Ia masih belum siap untuk mengucapkan salam perpisahan dengan mereka—meskipun itu harus ia lakukan cepat atau lambat.

Sungguh, tidak pernah terpikirkan oleh Elena kalau ia akan pergi dari rumah yang selalu menjadi saksi bisu kehidupannya ini. Hatinya perlahan hancur setelah ia melihat kamar yang ia tempati kini sudah rapi dan terlihat lengang karena seluruh barangnya telah berpindah kedalam tas yang ia genggam.

KylenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang