33

64K 2.6K 20
                                    

Satu hal yang sangat Elena sesali saat ini adalah: menangis semalaman atas apa yang ia alami selama dua tahun belakangan. Semuanya tenang bagaikan air mengalir sebelum ia bertemu Kynnan, namun semuanya berubah. Kynnan seakan menaruh hidup Elena diatas roller coaster—setiap hal yang terjadi selalu membuatnya ingin berteriak.

Pagi sudah hampir datang, sampai saat ini masih tidak ada suara apapun dari luar kamar. Elena yang masih mengenakan jubah mandi segera menggantinya dengan sepasang kaos dan celana pendek lalu keluar kamar untuk mengambil segelas air. Menangis semalaman membuatnya dehidrasi.

Elena menghidupkan lampu ruang makan, ia mendapati masih ada beberapa piring diatas meja dan selembar kertas diatasnya. Setelah ia mengambil segelas air, Elena mendekati meja makan dan mengambil kertas tersebut.

Kuharap kau makan jam berapapun kau datang ke meja ini. – Kynnan.

Senyum sinis hadir diwajah Elena. Ia kembali meletakkan kertas itu ditempatnya semula, Elena tidak lapar meski energinya terkuras karena menangis. Baginya, semua kebenaran yang diceritakan oleh Kynnan sudah cukup membuatnya tidak merasa lapar selama berhari-hari.

***

Semangkuk bubur ayam untuk sarapan pagi ini telah dihabiskan Kynnan. Bibi yang juga ikut sarapan pun telah menghabiskannya. Kynnan memandang lorong yang menghubungkan ruang makan dan ruang tamu, namun ia masih tidak melihat Elena pagi ini.

"Elena tidak ikut sarapan lagi pagi ini?" tanya Kynnan pada Bibi yang sedang mengangkat mangkuk kotor dari hadapan Kynnan.

"Tidak, Tuan. Saya sudah memanggilnya untuk sarapan namun Nyonya Elena tidak menjawabnya." Jawab Bibi.

"Tadi malam?"

"Makanan diatas meja masih utuh saat saya memeriksanya, Tuan." Kata Bibi yang disambut anggukan oleh Kynnan. "Apa perlu saya panggilkan kembali, Tuan?"

Kali ini Kynnan menggeleng. "Jam sepuluh nanti aku harus berangkat kekantor, tolong siapkan bajuku."

"Baik, Tuan."

Perlahan Kynnan bangun dan berjalan menuju ruang tamu. Ia masih ada waktu dua jam sebelum berangkat untuk menghadiri rapat. Sebenarnya Kynnan bisa mengendalikannya dari rumah, namun ia ingin mengalihkan pikirannya dari Elena. Ia tidak ingin dirinya semakin berantakan melihat Elena yang membencinya, meski semalam sikap Elena berubah manis seperti yang ia kenal sebelumnya.

"Kynnan,"

Suara Elena memanggil namanya membuat Kynnan tersentak. Dengan cepat ia menguasai dirinya kemudian mengalihkan koran dihadapannya, terlihat Elena sudah berdiri dihadapannya dengan ekspresi datar. Elena tidak memakai riasan wajah sedikitpun sehingga terlihat jelas mata sembab yang Kynnan duga adalah hasil dari menangis semalaman.

Elena meletakkan sebuah amplop coklat diatas meja dihadapan Kynnan. "Apa ini?"

"Kau bisa melihatnya sendiri." jawab Elena lalu pergi meninggalkan Kynnan kembali ke kamarnya.

Kynnan mengambil amplop itu lalu membukanya. Bola mata Kynnan membesar melihatnya. Terdapat beberapa lembar kertas yang merupakan dokumen perceraian yang harus Kynnan tandatangani. Yang lebih menyakitkan, Elena telah menandatangani semua dokumen itu.

"Selamat hari ulangtahun pernikahan yang kedua, Kynnan." untuk kedua kalinya suara Elena mengejutkan Kynnan. Elena telah kembali menemui Kynnan dengan dua tas koper yang ia bawa. "Ini hadiahku untukmu."

"Sesuai perjanjian yang telah kau buat dan kusetujui, kita akan bercerai dan menjalani kehidupan seperti biasanya setelah dua tahun," kata Elena sembari menunjukkan selembar kertas perjanjian yang ia temui dimeja kerja Kynnan saat itu. "dan aku memilih untuk meninggalkan rumah ini dan tidak kembali ke panti."

KylenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang