24

58.9K 2.4K 22
                                    

"Ada hal yang ingin saya katakan, Nyonya."

Suara Taylor menghentikan Elena yang sedang merapikan isi tasnya sebelum mereka pergi. "Katakan, Taylor."

"Sebenarnya beberapa hari yang lalu Tuan Austin menghubungiku untuk menanyakan kabarmu dan berharap bisa bertemu denganmu, Nyonya. Namun tidak saya balas karena Tuan Kynnan tidak mengizinkannya." Jelas Taylor.

"Itu artinya Austin ada di San Diego?" tanya Elena yang dijawab anggukan oleh Taylor. "Boleh kupinjam ponselmu untuk menghubunginya?"

"Tentu," kata Taylor lalu menyerahkan ponselnya pada Elena. "Ini, Nyonya."

Belum sempat Elena mengambil ponsel Taylor, pintu apartemen dibuka dari luar. Kynnan lah yang membuka pintunya, ia segera menuju ruang kerjanya tanpa menyapa Taylor dan Elena ya ada disana—dengan wajah yang tegang, dan seperti membawa aura negatif dibelakangnya. Elena tidak peduli, ia segera bangkit dari sofa meninggalkan Taylor dan berlari ke ruang kerja Kynnan.

"Kynnan!" Suara Elena sangat menggambarkan kebahagiannya. "Kenapa kau tidak menyempatkan diri untuk pulang selama seminggu ini?"

"Aku sibuk." Jawab singkat Kynnan dengan masih sibuk mencari dokumen dalam lemarinya.

"Baiklah," kata Elena. "Karena sekarang kau sudah ada disini, bisakah kita makan siang bersama?"

"Aku tidak bisa."

Elena terdiam kembali memikirkan cara agar ia bisa menghabiskan waktu dengan suaminya meski hanya sebentar. "Bagaimana jika kau menemaniku pergi sebentar? Hanya ke swalayan untuk membeli buah lalu kita bisa minum kopi di cafe yang berada tidak jauh dari kantormu."

"Kau bisa pergi dengan Taylor." Kata Kynnan seraya menutup dokumen yang ada ditangannya.

Sepertinya Kynnan telah menemukan apa yang ia cari, lantas ia kembali melangkah keluar dari ruang kerjanya menuju pintu keluar. Elena yang emosinya sudah berada di atas kepala terus mengikuti langkah Kynnan yang sama sekali tidak memperdulikannya kali ini.

"Kalau begitu, biarkan aku pergi dengan Austin hari ini," kata Elena sembari berusaha menahan emosinya. "Setidaknya dia masih peduli denganku."

Perkataan Elena sukses menghentikan langkah Kynnan. Ia kembali menutup pintu lalu membalikkan badannya menatap Elena. Rahangnya mengeras menandakan Kynnan juga sedang menahan diri agar emosinya tidak meledak sekarang.

"Kau tidak boleh pergi dengannya."

"Kenapa? Kalau kau tidak bisa menemaniku sedangkan Austin bisa, kenapa aku tidak boleh pergi dengannya?"

"Elena," Kynnan menghela napas sebelum melanjutkan ucapannya. "Kalau aku bilang kau tidak boleh pergi dengannya, itu tandanya aku tidak mengizinkanmu."

"Tapi kenapa Kynnan? Kenapa?! Bahkan kau tidak bisa memberikan alasan apapun padaku!" Elena sudah tidak bisa menahan emosinya lebih lama lagi. Nada suaranya meninggi, bahkan sampai mengeluarkan air mata.

"Tidak perlu alasan apapun untuk melindungi istri sendiri, Elena! Kau ingat itu!" kata Kynnan yang juga mengeluarkan emosinya, bahkan sampai Elena terkejut dan mundur beberapa langkah.

"Tuan!" Sontak Taylor bangkit dari posisi duduknya dan maju beberapa langkah.

"Kau berani menaikkan nada suaramu saat bicara denganku, Taylor?" segera Taylor mundur beberapa langkah setelah Kynnan berbicara. "Dan kau, Elena, kau boleh pergi kemanapun kau mau, berbelanja sebanyak yang kau inginkan, makan sebanyak yang kau inginkan, silakan! Aku tidak melarangnya. Tapi jangan sekalipun kau kembali bertemu dengan Austin. Ingat itu!"

Elena menyeka air mata yang sudah mengalir dipipinya. "Dimana Kynnanku? Kynnan manis dengan senyum khasnya yang sangat aku suka? Kynnan yang membuatku merasakan indahnya hidup setelah mengajakku pindah ke San Diego. Dimana?!"

KylenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang