7

91.5K 4.1K 12
                                    

Setelah acara perayaan di kantor berakhir, Kynnan tetap tinggal di kantor dan membiarkan Elena pulang bersama Taylor. Kynnan beralasan kalau masih ada pekerjaan yang harus ia selesaikan hari ini, dan Elena pun megiyakan.

Elena keluar dari kamarnya dan mendapati hampir seluruh ruangan sudah gelap, hanya tersisa beberapa lampu kecil yang dibiarkan hidup. Terlihat Bibi yang sudah mengenakan pakaian tidur berjalan mendekati Elena dengan secangkir teh ditangannya.

"Kau belum tidur, Nona Elena? Ini sudah hampir tengah malam." Kata Bibi.

"Apa Kynnan sudah kembali?" tanya Elena tanpa menjawab pertanyaan Bibi.

Bibi menggeleng. "Lebih baik kau istirahat, Nona. Aku akan menunggu Tuan Kynnan sampai ia kembali."

"Aku tidak lelah, Bibi. Kau saja yang istirahat, biar aku yang menunggunya."

"Tapi Nona—"

"Nanti aku yang katakan pada Kynnan kalau aku yang menyuruhmu istirahat," kata Elena. "Selamat malam."

"B-baiklah. Selamat malam, Nona."

Elena menghidupkan sebuah lampu agar ruang tamu terlihat lebih terang. Ia duduk diatas sofa panjang sembari membaca koran hari ini. Tidak, Elena tidak membacanya. Ia hanya melihat gambar yang ada disana untuk menyingkirkan rasa bosan dan kantuk yang datang sesaat setelah Elena duduk. Pada akhirnya Elena harus mengaku kalah pada rasa kantuknya. Koran yang sedang ia pegang terjatuh seiring dengan matanya yang mulai tertutup.

***

Elena terbangun dan mendapati keadaan ruang tamu kembali gelap. Ia merutuki dirinya sendiri mengapa ia harus tertidur padahal dirinya bersikeras untuk menunggu Kynnan pulang. Selimut yang menutupi separuh badannya terjatuh saat Elena terduduk.

Suara kompor yang dihidupkan mengejutkan Elena. Segera ia memungut selimutnya dan berjalan cepat kearah dapur. Elena mendapati Bibi yang sedang sibuk memotong beberapa jenis sayuran untuk dimasaknya.

"Untuk apa kau masak ditengah malam begini?"

Suara Elena yang memngejutkan Bibi membuatnya hampir menjatuhkan seluruh sayuran yang sudah dipotongnya.

"Kau mengejutkanku Nona," kata Bibi. "Ini sudah pukul empat pagi, Nona."

"Apa?" Elena segera mengedarkan pandangannya untuk mencari jam. Dan benar saja, sudah pukul empat. "Kynnan sudah—oh maafkan aku."

Bibi tersenyum. "Tidak apa, Nona. Tuan Kynnan baru tiba dirumah satu jam yang lalu saat aku terbangun."

Kynnan pulang dari kantor pukul tiga pagi? Apa yang ia lakukan di kantor sampai harus pulang hampir pagi begini?

"Tuan Kynnan sudah biasa pulang dijam yang seperti ini, Nona. Bahkan ia pernah pulang hanya untuk mandi lalu pergi kembali ke kantornya," kata Bibi seakan bisa membaca pikiran Elena. "Kuharap Tuan bisa mengubah kebiasaannya setelah menikah denganmu."

"Jangan berkata seperti itu, Bibi. Aku jadi merasa punya tanggung jawab besar untuk mengubah kebiasaan Kynnan ini," kata Elena. "Baiklah, sebagai permintaan maaf dariku, aku akan membantumu memasak pagi ini."

"Nona, jangan. Kau sudah berjanji pada Tuan Kynnan."

"Oh ayolah, sekali ini saja."

"Nona—"

"Kau ingin melanggar perjanjian yang telah kita sepakati, Elena?"

Suara berat milik Kynnan membuat Elena berhenti memaksa dirinya untuk membantu Bibi. Elena sedikit terkejut melihat Kynnan yang sudah kembali siap mengenakan pakaian kerja lengkap dengan sepatunya meski rambutnya masih basah. Wajah Kynnan menggambarkan kelelahan yang sedang ia rasa, namun ada guratan amarah yang juga tergambar jelas diwajahnya.

KylenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang