Hening menjadi teman Elena selama berada di bandara. Ruang tunggu VIP ini hanya berisi Kynnan, Elena, dan Taylor. Kynnan yang duduk tidak jauh dari Elena memilih untuk tetap diam dan menggunakan ponselnya. Elena merutuki keputusannya untuk bicara pada Kynnan sore tadi. Saat ini Elena benar-benar merasa gugup karena ini adalah kali pertamanya untuk berpergian jauh dan menggunakan pesawat.
"Pesawat sudah siap, Tuan. Kau bisa berangkat sekarang."
Suara seorang petugas bandara membuat Elena memandang kearahnya. Rasa gugup semakin menguasai diri Elena sampai keringat terus keluar membasahi hampir sekujur tubuhnya.
Kynnan bangkit dan menyimpan ponsel disakunya. "Ayo, Elena."
Elena mengangguk pelan. Mau tidak mau ia harus pergi sekarang, dan akan kembali memulai lembaran baru dihidupnya; itulah yang Elena harapkan.
Pesawat jet pribadi bermerek Gulfstream V milik Kynnan telah siap untuk berangkat. Seorang pramugari berseragam biru gelap menyambut ramah Kynnan dan Elena saat mereka masuk kedalam kabin pesawat. Kynnan mempersilakan Elena duduk di kursi penumpang yang berhadapan dengan kursi miliknya, tidak lupa membantu Elena memasangkan sabuk pengaman sebelum ia duduk dikursinya.
"Kau siap?"
Elena mengangguk pelan. "Aku belum pernah naik pesawat sebelumnya."
"Jadi kau gugup?" tanya Kynnan sembari memasang sabuk pengaman miliknya.
"Kurasa aku tidak perlu menjawabnya."
Kynnan tersenyum. "Ini tidak seburuk yang kau bayangkan."
Setelah cukup lama akhirnya Elena dapat melihat senyum khas milik Kynnan yang sangat ia sukai. Senyum yang dapat mengobati segala luka yang Elena rasakan.
Pesawat sudah dalam posisi siap lepas landas. Elena makin kencang menggenggam tangannya sendiri. Pandangannya lurus kearah Kynnan yang duduk tenang sembari menatap ke arah luar jendela. Saat pesawat mulai berjalan cepat, Elena memejamkan matanya. Berusaha untuk menghilangkan rasa takutnya. Saat Elena merasa pesawat sudah lepas landas, ia membuka matanya dan melihat ke arah luar jendela; ia sudah berada diatas awan sekarang.
Ini aneh. Elena tidak merasa takut sedikitpun. Ia hanya merasa seperti sedang mengalami déjà vu. Elena kembali memandang Kynnan, ia masih berada di posisi sebelumnya. Ingin sekali Elena membuka pembicaraan dengannya, namun Kynnan yang terlihat lelah membuat Elena memutuskan untuk ikut diam dan membiarkan Kynnan istirahat.
***
Delapanbelas jam kemudian...
San Diego, California. 5.35 PM.
"Kau lelah?" tanya Kynnan sembari membantu Elena turun dari anak tangga terakhir tangga pesawat.
Elena menggeleng. "Perjalanan yang menyenangkan."
"Kita pulang sekarang untuk istirahat. Kau bisa berkeliling besok." Kata Kynnan, dan Elena menganggu sebagai jawabannya.
Tidak lama kemudian mereka telah sampai di daerah Downtown San Diego tempat apartemen milik Kynnan berada. Kynnan dan Elena turun dari mobil dan segera masuk kedalam lift menuju lantai paling atas.
"Kau menyewa apartemen ini?" tanya Elena polos.
"Apartemen ini sudah jadi milikku, Elena."
"M-maafkan aku..."
"Kau tidak perlu meminta maaf padaku," kata Kynnan terkekeh. "Ayo."
Kynnan menarik lembut tangan Elena menuju kedepan satu-satunya pintu yang berada di lantai ini. setelah menekankan beberapa angka, pintu itu pun terbuka. Mata Elena berbinar sesaat setelah pintu terbuka. Apartemen jenis penthouse milik Kynnan masih gelap karena belum ada satupun pencahayaan yang dihidupkan, namun pancaran cahaya dari lampu gedung diluar sana malah membuat apartemen Kynnan terlihat indah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kylena
Fiksi Umum[COMPLETED] Bagaimana jika tiba-tiba kau diajak menikah oleh seseorang yang bahkan baru kau kenal? Bagaimana kehidupanmu selanjutnya? Bahagiakah, atau malah sebaliknya? cover pict source: pinterest