Laki-laki berusia duapuluh lima tahun itu masih sibuk dibalik meja kerjanya meski jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Dasi berwarna maroon yang selama satu hari ini menemaninya telah tergeletak asal di atas meja.
"Tuan," Taylor—asisten pribadi sekaligus supirnya ini memberanikan diri untuk masuk ke ruangan karena ia tidak mendapatkan jawaban setelah dirinya mengetuk pintu berulang kali. "Tuan Jonathan meminta anda untuk menemuinya."
"Lima menit lagi saya akan ke ruangannya."
"Beliau menunggu anda di rumah, tuan."
Ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. "Kau boleh pulang. Saya akan menyetir sendiri nanti."
Taylor mengangguk mengerti dan pergi meninggalkan ruangan tersebut.
Kynnan Orlando, salah satu sosok yang sangat berpengaruh di Orlando Corporation ini memang tidak mengenal waktu apabila sudah tenggelam dalam pekerjaannya. Bahkan, seluruh penjaga keamanan yang bertugas malam di kantor tempat Kynnan bekerja sudah hafal dengan segala kebiasaannya.
Ia mengambil dasi yang tergeletak di atas meja dan segera pergi menuju rumah orangtuanya sebelum Jonathan memecatnya karena tidak tepat waktu.
Beruntung Kynnan pulang saat dini hari, ia tidak perlu susah untuk menahan diri agar tidak menabrakkan mobilnya ke setiap mobil yang menghalangi jalannya dikala macet yang tidak ada habisnya.
Jonathan Orlando, pemilik Orlando Corporation sekaligus ayah dari Kynnan sudah menunggu kedatangannya di ruang keluarga bersama dengan Jennifer White—istrinya. Kynnan yang sudah berada di ambang pintu masuk memberikan tas kerja yang dibawanya pada asisten rumah tangga dan segera menghampiri kedua orangtuanya. "Tidak bisakah kau sekali saja tidak menggangguku saat sedang bekerja?"
"Ayolah, aku tidak akan mengganggumu jika tidak ada hal penting yang harus dibicarakan," jawab Jonathan dengan santai.
"Apa kau ingin segelas susu, sayang? Biar aku buatkan," Jennifer berusaha menghilangkan aura tegang diantara suami dan anaknya tersebut.
"Tidak, ma. Terima kasih," kata Kynnan sembari membuka dua kancing teratas kemejanya. "Hal penting apa yang harus dibicarakan saat ini?"
"Dua proyek yang sedang kita kerjakan mengalami keterlambatan karena hujan yang belakangan ini selalu turun tanpa prediksi sebelumnya, dan perusahaan harus merugi lebih dari jumlah modal yang tersedia," jelas Jonathan.
"Hanya itu? Seluruh anggaran biaya sudah aku hitung ulang dan kerugian yang harus ditanggung bisa terpangkas hingga separuhnya apabila semua pekerja mau bekerja lembur setiap hari. Aku sudah bertemu dengan kepala proyek beberapa hari yang lalu untuk membicarakan hal ini, dan mereka setuju. Masalah terselesaikan."
Jonathan mengangguk mengerti sembari menyesap tehnya yang sudah mulai dingin. "Lalu, bagaimana dengan dirimu selama enam tahun ini? Masih menjadi seorang workaholic sejati, huh?"
"Jonathan...," Jennifer sedikit kesal saat suaminya harus selalu menanyakan hal itu pada Kynnan.
"Kau memanggilku kemari saat ini hanya untuk menanyakan hal itu?"
"Aku hanya bertanya."
"Ya, aku masih dan akan selalu menjadi orang yang gila bekerja." Kynnan bangkit dari sofa tempat ia duduk dan berjalan menuju kamarnya dengan diikuti oleh seorang asisten rumah tangga hingga di depan pintu kamarnya.
"Kynnan," Jonathan memanggil Kynnan tepat sebelum ia masuk ke kamarnya. "Selamat ulang tahun."
Kynnan yang mendapat ucapan itu hanya memberikan senyum sebagai tanda ia berterimakasih pada Jonathan yang sudah mengingatnya.
"Jangan ganggu saya sampai jam delapan pagi," kata Kynnan lalu menutup pintu kamarnya.
Kamar yang sudah tidak Kynnan tempati masih terlihat rapi dan seluruh barang miliknya juga masih berada ditempatnya. Lima bulan terakhir ini Kynnan lebih memilih untuk tinggal di rumah pribadinya yang sengaja ia beli karena jaraknya yang dekat dengan kantor. Alasan Kynnan memilih tinggal sendiri bukan karena memiliki masalah dengan orangtuanya, bahkan hubungan mereka sangat baik. Hanya saja Kynnan merasa tidak nyaman berada di rumah yang memiliki banyak kenangan tentang Kyandra, saudara kembar Kynnan yang meninggal dalam kecelakaan mobil enam tahun yang lalu.
Kynnan membuka pintu yang menghubungkan kamarnya dengan sebuah ruangan empat kali empat meter yang hanya berisi sebuah sofa besar, sebuah meja, televisi yang terhubung dengan playstation, serta beberapa jenis permainan lainnya. Kynnan menekan saklar lampu untuk menerangi ruangan ini, dan disinilah ia sekarang. Berada ditempat di mana Kynnan dan Kyandra menghabiskan waktu bersama, berbagi suka dan duka, serta membuat rencana agar orangtuanya bisa pulang dari Amerika lebih cepat dari waktu yang sudah ditentukan. Namun kini Kynnan sendirian. Tidak ada keributan, hanya ada keheningan. Tidak ada tawa, hanya ada kesedihan.
Ini adalah kali keenam Kynnan merayakan ulang tahunnya tanpa Kyandra dan kali pertama Kynnan kembali masuk ke dalam ruangan ini setelah ia memutuskan untuk tinggal terpisah dari orangtuanya. Biasanya, Kynnan akan selalu masuk ke dalam ruangan ini sebelum ia pergi kuliah atau pergi ke kantor agar Kyandra selalu berada dalam ingatannya. Tapi lima bulan terakhir ini adalah saat yang paling sulit untuk Kynnan karena ada bayangan ketakutan lain yang muncul tiba-tiba bahkan setelah enam tahun kejadian itu berlalu.
Semenjak Kyandra pergi, Kynnan selalu berusaha menyibukkan dirinya dengan segudang pekerjaan kantor agar pikirannya bisa teralihkan. Namun, ketakutan yang tiba-tiba muncul itulah yang membuat Kynnan menjadi seorang yang lebih sibuk lagi dengan pekerjaannya. Bahkan sampai waktu pun tidak dapat menghentikannya.
"Selamat ulang tahun, Kyandra."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kylena
General Fiction[COMPLETED] Bagaimana jika tiba-tiba kau diajak menikah oleh seseorang yang bahkan baru kau kenal? Bagaimana kehidupanmu selanjutnya? Bahagiakah, atau malah sebaliknya? cover pict source: pinterest