21

71.2K 2.6K 19
                                    

Rencana Kynnan dan Elena untuk makan siang bersama diluar untuk kesekian kalinya harus batal karena Kynnan mendapat telepon dari kantor yang mengharuskan ia hadir di rapat penting siang ini. Elena yang mengerti pun mengizinkan Kynnan untuk segera pergi ke kantor karena Elena tahu, tidak ada yang penting bagi Kynnan selain orangtua dan pekerjaannya.

"Aku akan pulang sebelum makan malam," Kata Kynnan seraya memakai jas. "Kali ini aku tidak akan mengingkari ucapanku."

Elena tertawa menyindir sembari mengancingi jas Kynnan. "Aku masih tidak bisa memercayai ucapanmu sampai pekerjaanmu selesai."

"Terbaik," kata Kynnan lalu mengecup singkat kening Elena. "Kau tidur saja jika sampai jam delapan malam aku belum pulang. Tidak usah menungguku."

"Kau tidak memiliki hak melarangku untuk menunggumu, Kynnan."

"Tentu saja aku memilikinya."

Elena tersenyum, begitu pula Kynnan. "Hati-hati, sampai jumpa."

"Sampai jumpa."

Elena menutup pintu apartemen sesaat setelah Kynnan masuk kedalam lift. Ia kini kembali sendiri. Semenjak perusahaan Kynnan mengikuti tender, kesibukan Kynnan berlipat ganda seakan tidak ada waktu istirahat untuknya. Namun Elena berusaha memakluminya, karena ia tahu Kynnan mengetahui kapasitas tubuhnya sendiri. Meski jauh didalam hatinya Elena khawatir Kynnan akan jatuh sakit.

Elena mengambil segelas susu putih milik Kynnan yang tidak sempat diminum dari atas meja lalu meminumnya sedikit, rasa hangat langsung menjalar hingga keperutnya. Ia duduk di sofa yang menghadap ke jendela besar, Elena masih bertanya-tanya siapa yang mengambil foto dirinya dengan Austin beberapa hari yang lalu dan mengirimkannya ke apartemen. Apa perempuan itu? Namun Elena merasa tidak mungkin perempuan itu yang melakukannya mengingat ia sibuk membuang janinnya sendiri.

"Bagaimana aku bisa sampai ditahap ini," kata Elena sembari memijit keningnya perlahan. "Padahal aku tidak pernah membayangkan bisa sampai sejauh ini bersama Kynnan."

Hampir seluruh kenangan yang Elena miliki di Indonesia hilang begitu saja tertutupi oleh semua kebahagiaan yang ia raih setelah pindah ke San Diego. Dua bulan berada di San Diego sudah mampu membuat Elena membuka lembaran baru dihidupnya. Bahkan, ia baru sadar kalau telah melupakan Savannah dan seluruh anak yang ada di panti asuhan semenjak ia berada disini. Terselip sedikit rindu dalam hati Elena, namun tidak bisa ia curahkan mengingat Elena tidak tahu kapan ia bisa kembali ke Jakarta dan bertemu mereka semua. Elena tidak ingin mengganggu Kynnan yang sedang sibuk, karena ia masih belum siap kembali bertemu dengan monster yang sedang tertidur lelap didalam tubuh Kynnan.

Bel pintu dibunyikan beberapa kali. Segera Elena bangkit dari sofa untuk membuka pintu dan melihat siapa yang datang.

"Taylor?" sapa Elena saat melihat Taylor yang berada dibalik pintu. "Bukankah harusnya kau mengantar Kynnan saat ini?"

"Tidak, Nyonya. Tuan Kynnan mengendarai mobilnya sendiri, dan saya ditugaskan untuk menemani Nyonya Elena berbelanja dan memasak makan malam." Kata Taylor menjelaskan.

"Apa Kynnan bilang padamu ingin dimasakkan sesuatu?"

Taylor menggelengkan kepalanya.

"Kau sedang ingin makan apa?"

Taylor terlihat berpikir sejenak. "Masakan rumahan Indonesia, Nyonya. Seperti tumis kangkung dan sambal."

Elena tersenyum sembari mengangguk-anggukan kepalanya. "Bisakah kau menolongku untuk membeli beberapa bahan makanan yang kubutuhkan, Taylor? Aku harus membersihan apartemen terlebih dahulu lalu menyiapkan yang lainnya sementara kau pergi berbelanja. Itu akan menghemat waktu."

KylenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang