Elena masih terjaga saat matahari pagi mulai menerangi seluruh sudut apartemen. Semalaman Elena terus mengusap puncak kepala Kynnan agar ia bisa tidur dengan tenang. Benar saja, tidur Kynnan sangat lelap. Ia harus bangkit dan membuat sarapan sekarang. Perlahan Elena melepaskan diri dari pelukan Kynnan dan pergi menuju dapur.
Rasa kantuk yang menyerang Elena membuatnya memutuskan untuk hanya membuat omelet telur serta menyajikan roti dan selai diatas meja makan. Baru saja ia meletakkan penggorengan diatas kompor, dua tangan besar tiba-tiba memeluk Elena dari belakang. Elena yang terkejut segera menoleh bersamaan dengan Kynnan yang menyandarkan kepalanya dibahu kanan Elena. "Selamat pagi, gorgeous."
"Selamat pagi," kata Elena sedikit canggung mendapat perlakuan seperti itu dari Kynnan. "Bagaimana tidurmu?"
"Sangat pulas. Belum pernah aku merasa segar seperti ini saat bangun tidur," kata Kynnan lalu memutar tubuh Elena sehingga menghadap dirinya. "Apa kau semalaman tidak tidur?"
"Aku tidur tidak lama setelah kau terlelap."
"Jangan pernah membohongi suamimu, E. Aku tahu semalaman kau mengusap kepalaku."
"Sejak kapan kau hanya memanggilku dengan 'E'? Aku seperti bukan berbicara dengan Kynnan." Kata Elena sembari memandang Kynnan heran.
"Jangan mengalihkan pembicaraanku, E. Lebih baik sekarang kau duduk, hari ini aku yang akan membuatkanmu sarapan," kata Kynnan sembari menuntun Elena untuk duduk di kursi makan. "E, my gorgeous princess, itulah panggilanku untukmu mulai sekarang."
Senyum khas milik Kynnan itu terukir kembali diwajahnya yang membuat Elena ikut tersenyum. Rambut Elena diacak lembut sebelum Kynnan meninggalkannya menuju dapur. Mata Elena terus mengekori Kynnan hingga ia berada didapur. Kynnan terlihat cekatan dalam hal memasak, bahkan Elena merasa Kynnan lebih baik dari dirinya dalam hal memasak meski ia seorang pria. Mungkin karena Kynnan sudah lama tinggal terpisah dengan orangtuanya yang membuat dirinya bisa melakukannya sendiri.
"Apa kau perlu bantuan?" tanya Elena.
"Kau hanya perlu membantuku dengan duduk manis disana." Kata Kynnan tanpa menoleh kearah Elena.
"Baiklah."
Tidak lama kemudian Kynnan datang dengan dua piring nasi goreng yang ia sajikan diatas meja makan. Nasi goreng buatan Kynnan terlihat sangat menarik dengan telur mata sapi dan mentimun sebagai hiasan.
"Nasi goreng?" tanya Elena takjub.
"Nasi goreng kambing kesukaanmu." Jawab Kynnan sembari tersenyum lalu duduk dikursi yang berhadapan dengan Elena.
"Darimana kau tahu kalau aku suka nasi goreng kambing?"
Kynnan menggenggam erat tangan Elena. "Kau istriku, E. Sudah seharusnya aku tahu semua tentangmu."
"Tapi seingatku, aku tidak memasak nasi beberapa hari belakangan ini." Tanya Elena meledek Kynnan
"Semua bisa ada dalam sekejap kalau itu untukmu." Jawab Kynnan sembari memainkan kedua alisnya
Elena tertawa kecil melihat Kynnan. "Tapi, kenapa nasi goreng? Bukankah kau lebih suka sarapan nasi dan sayur?"
"Aku hanya ingin membayar kekecewaanmu dulu saat aku menyuruh Bibi untuk memasak makanan berkuah dibanding nasi goreng untuk makan malam kita."
"Aku bahkan sudah lupa kapan kau melakukan itu," kata Elena lalu tertawa. "Baiklah, ayo mulai sarapan. Aku sudah tidak sabar mencicipinya."
Kynnan setuju dengan Elena, mereka mulai menikmati nasi goreng kambing sebagai sarapan. Elena akui, nasi goreng kambing buatan Kynnan sangat lezat. Bahkan Elena rela membayarnya agar ia bisa menikmatinya setiap hari.
"Hari ini aku harus pergi kantor untuk menghadiri dua rapat dan menandatangani beberapa berkas," kata Kynnan setelah Elena menungkan air digelasnya. "Apa kau mau ikut? Selama satu minggu kita disini belum penah sehari pun kau keluar apartemen."
"Aku belum mendapat izin darimu untuk keluar, Kynnan." Kata Elena. "Maaf, tapi hari ini aku ingin istirahat. Mungkin besok aku baru akan keluar."
"Sudah kuduga kau tidak tidur semalaman ini."
"Aku hanya ingin kau tidur tenang, Kynnan. Aku tidak tega melihat kau gelisah setiap malam."
Kynnan bangkit dari kursinya lalu mendekati Elena dan menariknya untuk berdiri. Dengan sekali gerakan Kynnan menarik Elena dalam rangkulannya. Rasa hangat langsung menjalari tubuh Elena. Ia sangat menyukai perasaan ini; perasaan nyaman dan aman yang Elena rasakan.
"Kau berada disisiku saja sudah membuatku tenang, sayangku."
"Bohong," kata Elena seraya balas memeluk Kynnan. "Kau masih gelisah meski aku ada didekatmu."
"Saya tidak bisa ke kantor hari ini, batalkan semua rapat dan saya akan menandatangani berkasnya besok."
"Apa?"
Elena menengadah menatap Kynnan mengingat Elena hanya setinggi pundak Kynnan. Terlihat Kynnan masih menempelkan ponsel pada telinganya. Elena tidak berhenti menatap Kynnan hingga ia selesai menelepon.
"Kenapa kau membatalkan rapatmu?" tanya Elena sesaat setelah Kynnan memutus hubungan teleponnya.
"Kau lebih penting dari pekerjaanku, E."
"Kau tidak perlu melakukan itu. Aku baik-baik saja."
"Kau tidak baik-baik saja, E." Kata Kynnan seraya memeluk Elena erat. "Lebih baik sekarang kau tidur. Besok setelah urusanku selesai, aku akan menjemputmu dan kita akan pergi ke Balboa Park."
"Tapi ini masih pagi—"
"Kau tidak boleh protes, kau tidak tidur semalaman dan sekarang saatnya tidur."
"Baiklah," kata Elena sembari melepaskan pelukannya. "Aku akan membereskan—"
"Aku yang akan membereskan semuanya, E. Sekarang kau masuk kamar." Perintah Kynnan sembari mendorong Elena pelan masuk ke dalam kamar.
"Terimakasih, Kynnan." Kata Elena tersenyum tulus pada Kynnan.
"Anything for you, my gorgeous princess." Kata Kynnan lalu mengecup singkat kening Elena sebelum ia pergi.
Elena membeku ditempatnya berdiri. Kynnan yang saat ini sedang membersihkan piring yang mereka gunakan adalah Kynnan yang sebelumnya tidak menganggap Elena ada, namun sekarang memperlakukannya bagai ratu. Elena menyentuh keningnya, lalu tersenyum bahagia. Air mata yang sudah terbendung akhirnya mengalir dipipi Elena. Ia bahagia. Elena sangat bahagia.
***
Acara Elena dan Kynnan hari ini batal karena hujan badai yang tiba-tiba datang. Elena berdiri didepan jendela besar ruang tamu sembari menatap keluar. Ia masih bicara dengan Kynnan melalui telepon, meski Elena sudah bosan mendengar permintaan maaf dari Kynnan.
"Tidak apa, Kynnan. Kita bisa pergi lain hari."
"Maafkan aku, E. Hujan sialan ini benar-benar membuatku frustasi." Kata Kynnan diujung telepon.
"Astaga! Sungguh ini bukan masalah," kata Elena menahan tawanya. "Kau sendiri yang bilang San Diego adalah rumah kita, jadi kenapa harus buru-buru kalau hanya ingin sekedar mengunjungi suatu tempat?"
"Bagaimana kalau lusa?"
"Terserah kau saja, Kynnan. Aku akan pergi kapanpun kau ingin pergi."
"Baiklah, gorgeous, aku akan pulang sebentar lagi. Kita bisa makan malam bersama di restoran dekat apartemen."
"Lebih baik kau pulang saat hujan sudah reda, jangan memaksakan dirimu," kata Elena seraya mundur dari depan jendela saat kilat muncul. "Kau ingin makan apa? Biar aku masak saja."
"Apapun yang kau masak pasti akan aku makan."
Elena tersenyum tipis. "Baiklah. Sampai jumpa, Kynnan."
![](https://img.wattpad.com/cover/113710329-288-k877023.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kylena
Художественная проза[COMPLETED] Bagaimana jika tiba-tiba kau diajak menikah oleh seseorang yang bahkan baru kau kenal? Bagaimana kehidupanmu selanjutnya? Bahagiakah, atau malah sebaliknya? cover pict source: pinterest