16

72.4K 3K 24
                                    

Kynnan menyempatkan diri untuk berkunjung ke anak perusahaan Orlando Corporation yang ada di Los Angeles untuk memantau perkembangan proyek yang sedang dijalankan. Elena pun ikut untuk mengetahui pekerjaan Kynnan yang sebenarnya. Dengan sabar pula Kynnan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Elena saat ia melihat sesuatu yang menarik baginya.

"Kita baru bisa kembali ke hotel sekitar setengah jam lagi. Masih ada beberapa pemasok bahan baku yang harus bertemu denganku untuk memperpanjang kontrak," kata Kynnan sesaat setelah mereka berada diruang kerja milik Jonathan. "Apa kau ingin pulang duluan?"

"Tidak, lebih baik aku tetap disini." Jawab Elena. "Kapan orangtuamu akan tiba disini?"

"Besok pagi, mereka tidak bisa lama disini karena harus mengurus anak perusahaan baru di Eropa."

"Aku kagum dengan keluargamu."

Kynnan tersenyum. "Kau ingin makan siang dengan catering kantor atau makan diluar?"

"Catering kantor saja," kata Elena. "Kau fokus saja dengan pekerjaanmu. Aku akan diam disini menemanimu."

Elena menatap Kynnan yang sangat fokus dengan pekerjaannya, bahkan Kynnan seperti tidak merasa ada orang lain didalam ruangan ini. Beberapa buah dokumen yang berada diatas meja kerja satu persatu ia baca dengan teliti, lalu sedikit memberikan koreksi dan menandatanganinya. Sesekali Elena mencoba mengganggu konsentrasi Kynnan dengan berbagai cara, namun semuanya gagal karena Kynnan yang sangat baik menjaga konsentrasinya.

"Kynnan Orlando,"

Pintu ruangan milik Jonathan dibuka oleh seorang wanita berambut coklat. Wanita berpostur tubuh seperti model itu tersenyum tipis saat orang yang ia cari ada dihadapannya. Fokus Kynnan langsung terganggu saat ia mengetahui siapa yang datang. Dengan sekali gerakan Kynnan bangkit lalu berjalan mendekati wanita itu. Elena yang merasa emosi Kynnan mulai tersulut ikut bangkit dan mengikutinya dari belakang.

"Bagaimana kabarmu?" tanya wanita yang masih berdiri diambang pintu. "Apa kau tersiksa setelah menikah?"

Kynnan tidak menjawabnya. Ia hanya berdiri berhadapan dengan wanita yang terus menunjukkan senyum kecilnya. Sesaat Elena memperhatikan wajah wanita yang masih tidak ia ketahui namanya, Elena seperti pernah melihat wanita ini namun ia lupa dimana.

"Oh ya, sudah lama sekali kita tidak bertemu." Lanjut wanita itu seraya menatap Elena. "Ini istrimu? Mengapa seleramu menjadi buruk setelah berpisah denganku?"

Kynnan sudah mengepalkan tangannya, rahangnya terlihat menegang menahan emosi. Elena yang melihat Kynnan seperti itu segera mengamit lengan kanan milik Kynnan berusaha mengontrol emosinya agar tidak keluar.

"Namamu Elena, bukan?" kata wanita itu lagi seraya mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Elena. "Aku Rose, mantan kekasih Kynnan."

Plak!

Belum sempat Elena membalas uluran tangan dari perempuan yang bernama Rose, Kynnan sudah terlebih dulu melayangkan tamparan tepat dipipi kiri Rose. Elena yang terkejut hanya bisa menutup mulutnya yang terbuka lebar dengan kedua tangannya.

"Sudah kubilang untuk jangan berani mendekatiku lagi karena aku tidak akan segan menghajarmu." Kata Kynnan akhirnya buka suara.

"Kynnan, jangan..." Elena masih berusaha meredam emosi Kynnan meski dirinya sendiri masih terkejut.

"Jangan bohongi perasaanmu, Kynnan. Kau masih mencintaiku, dan wanita ini tidak pantas untukmu." Kata Rose dengan senyum yang tidak Elena ketahui maknanya.

Plak!

"Kynnan!" Elena kembali dikejutkan oleh Kynnan yang menampar Rose untuk yang kedua kalinya. Namun Kynnan tidak memperdulikannya. Ia malah mendorong pelan Rose keluar dengannya, lalu menutup pintu ruang kerja Jonathan dengan Elena didalamnya. "Kynnan! Buka pintunya!"

Tidak ada jawaban dari Kynnan. Elena hanya bisa mendengar sedikit keributan diluar. Elena tidak mengerti apa yang ada dipikiran Kynnan hingga ia bisa bertengkar dengan banyak mata yang memperhatikannya dibanding dengan menyelesaikannya diruangan tertutup tanpa banyak orang yang tahu.

Lima menit kemudian Kynnan kembali masuk dengan raut wajah yang masih belum berubah dari sebelumnya. Elena yang merasa penasaran sekaligus emosi segera menghampiri Kynnan untuk menanyakannya.

"Mengapa kau menamparnya?" tanya Elena.

"Dia pantas mendapatkannya." Jawab Kynnan singkat.

"Rose itu seorang wanita, Kynnan. Kau tidak pantas memperlakukannya seperti itu!"

"Sudah kubilang kalau dia pantas mendapatkannya, E."

"Seburuk apapun dia, kau tidak pantas menampar dan beradu mulut dengannya didepan umum. Bagaimana jika aku yang diperlakukan seperti itu oleh orang lain?" tanya Elena dengan emosi yang tertahan.

Kynnan mengelus lembut kepala Elena. "Hal itu tidak akan pernah terjadi padamu." Katanya lalu kembali berlalu ke meja kerjanya.

Kynnan merapikan dokumen yang masih terbuka diatas meja, setelah selesai ia menarik Elena keluar dari ruang kerjanya. Kynnan masih terlihat berusaha menahan emosinya agar tidak ia tumpahkan pada Elena. Sebuah kemajuan bagi Elena saat melihat Kynnan yang mulai bisa mengontrol dirinya sendiri.

"Kau ingin membawaku kemana?" tanya Elena dengan nada tidak suka.

"Kembali ke hotel. Kau harus istirahat agar siap untuk acara nanti malam."

"Kau tidak jadi bertemu dengan pemasok hari ini?"

"Tidak, aku sudah tidak ingin berada disini lagi sekarang." Jawab Kynnan datar.

***

Setelah Kynnan dan Elena tiba di hotel, tanpa berbicara satu patah kata pun Elena langsung naik keatas tempat tidur dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Kynnan paham kalau Elena pasti masih marah besar setelah melihat apa yang Kynnan lakukan saat di kantor tadi. Kynnan mengisi gelasnya dengan air minum dingin yang ia ambil dari dalam lemari pendingin lalu duduk di sofa sembari merenggangkan ikatan dasi yang ia pakai.

Kynnan mengambil ponsel dari dalam saku celananya dan berniat untuk memesan sepasang gaun dan jas untuk dipakai olehnya dan Elena malam nanti. Beberapa foto yang dikirimkan oleh sang perancang busana telah Kynnan lihat semua, dan pilihannya jatuh pada sebuah gaun tanpa lengan berwarna biru tua sepanjang mata kaki dengan jas yang berwarna senada. Ia segera memesannya dan memberikan pesan pada sang perancang busana untuk dapat mengirimnya sekarang juga.

Sesaat setelah Kynnan menyelesaikan proses pembayarannya, Jonathan mengirimkan sebuah pesan singkat untuknya. Memberikan kabar bahwa dirinya dan Jennifer telah sampai di Los Angeles dan menginap di hotel yang sama dengannya.

"Aku mau menemui orangtuaku dikamar mereka, mama dan papa baru saja sampai. Jangan kau bukakan pintu jika bukan aku atau Taylor yang datang," kata Kynnan lalu bangkit dari sofa dan mencium singkat puncak kepala Elena yang tidak tertutup selimut. "Aku pergi dulu."

Kynnan keluar dari kamar dan menuju lantai delapan tempat kamar orangtuanya berada. Setelah dua kali ia menekan bel pintu, barulah Jennifer membukanya. Terlihat Jonathan yang sedang beristirahat sembari menonton siaran televisi kesukaannya.

"Siang ini Rose datang ke kantor dan berusaha menjelekkan Elena dihadapanku." Kata Kynnan membuka pembicaraan.

"Ada perlu apa Rose datang ke kantor?" tanya Jonathan.

Kynnan hanya menjawabnya dengan menaikkan kedua bahunya tanda ia tidak tahu. "Tiba-tiba saja ia masuk ke ruangan dan mulai bicara buruk tentang Elena. Langsung saja aku menamparnya."

"Itu baru anakku."

"Dimana Elena sekarang?" tanya Jennifer.

"Sedang istirahat di kamar," kata Kynnan lalu ikut merebahkan tubuhnya disebelah Jonathan. "Rasanya aku tidak ingin menghadiri acara malam ini."

"Kau harus hadir, sayang. Acara ini sangat penting untukmu dan Elena."

"Bagian mana yang bisa kusebut penting, ma? Semua orang hanya akan memamerkan hartanya malam ini. Bagi yang kalah dalam lelang pasti akan frustasi lalu terus minum hingga mabuk dan menyusahkan orang lain."

"Bisakah kau melihat sisi lain dari acara malam ini untuk Elena?" kata Jonathan.

KylenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang