27

56.9K 2.3K 12
                                    

Elena kembali berjalan menuju kamar rawat Kynnan. Terlihat Taylor yang baru saja keluar dari kamar Kynnan sembari membawa vas berisi bunga yang sudah layu agar digantikan dengan bunga baru. Elena mengambil vas dari tangan Taylor dan seikat bunga lily yang ada diatas kursi. Taylor yang mengerti mempersilakan Elena masuk dan segera menutup pintunya.

"Siapa yang mengizinkanmu masuk, Elena?"

Elena merinding saat akhirnya ia kembali bisa mendengarkan suara berat milik Kynnan setelah sekian lama. Ia berusaha mengontrol dirinya dan terlihat seakan tidak peduli dengan pertanyaan yang Kynnan ajukan padanya.

"Besok setelah makan siang kau akan mulai sesi terapimu," kata Elena sembari menata bunga didalam vas. "Aku yang akan menemanimu."

"Aku bisa melakukannya sendiri," kata Kynnan. "Taylor bisa menemaniku."

"Tidak, aku istrimu. Aku punya kewajiban untuk menemanimu dalam keadaan apapun," jelas Elena lalu menatap Kynnan. "Meski statusku sebagai istri hanya sebatas hitam diatas putih."

"Apa maksudmu?" Sekali lagi pertanyaan yang dilontarkan oleh Kynnan tidak dijawab oleh Elena. Ia malah sibuk merapikan nakas yang berada disamping tempat tidur Kynnan. "Elena, jawab aku."

"Untuk apa aku harus menjawab semua pertanyaanmu sedangkan kau tidak pernah menjawab satupun pertanyaan yang aku ajukan?" Kali ini Elena menatap Kynnan. "Aku tidak keberatan jika kau ingin memarahiku sekarang."

"Untuk apa aku memarahimu? Aku hanya ingin kau menjawab pertanyaanku, bukan malah memulai perdebatan."

"Sebenarnya kita ini apa, Kynnan?" tanya Elena. Ia merasa sekarang adalah waktu yang tepat untuk menjawab sedikit rasa penasaran yang menguasai dirinya selama ini. "Sebenarnya kau ini siapa? Kau tahu segalanya tentangku tapi aku tidak tahu setitikpun tentangmu."

"Lebih baik jika kau tidak mengetahuinya." Kata Kynnan.

"Ya, memang sepertinya lebih baik aku tidak mengetahui kebenarannya. Aku memang cocok berperan menjadi orang bodoh dalam kehidupanmu."

Kynnan memalingkan wajahnya dari Elena seakan ia tidak sanggup menghadapi Elena kali ini. "Semua itu tidak penting, Elena."

"Semua itu memang tidak penting, Kynnan, karena tidak lama lagi kita akan berpisah. Kau bisa bebas melakukan apapun yang kau inginkan setelahnya."

Elena meletakkan nampan berisi makan siang Kynnan diatas meja. Ia memilih untuk keluar dan mengurungkan niatnya untuk menemani Kynnan memakan makanannya. Semua bayangan indah setelah mereka saling bicara hilang begitu saja setelah Elena tidak bisa menahan emosinya sendiri.

"Taylor, aku ingin membeli kopi sebentar di kantin. Apa kau mau ikut?" tanya Elena setelah ia menutup pintu kamar rawat.

"Tidak, Nyonya. Saya disini saja menjaga Tuan Kynnan." Jawab Taylor.

"Baiklah."

Elena kembali menyusuri koridor rumah sakit itu menuju ke kantin. Pandangannya menerawang, ia benar-benar tidak mengira apa yang terjadi hari ini. Apalagi saat Elena memiliki kesempatan kembali menatap Kynnan, lingkaran hitam disekitar matanya menandakan Kynnan masih mengalami masalah dalam tidurnya. Selama berada dirumah sakitpun Elena tahu kalau Kynnan tidak benar-benar tidur. Ia hanya memejamkan mata, namun pikirannya pasti terbang entah kemana. Bagi Elena, apabila Kynnan bisa tidur tenang selama satu jam saja itu sudah sangat baik.

"Elena," Kesadaran Elena kembali sepenuhnya saat seseorang memanggil namanya. "Senang bisa bertemu denganmu lagi."

"Austin," Elena berusaha memaksakan sebuah senyum diwajahnya. "Sedang apa kau disini?"

KylenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang