Forewords

12.6K 787 99
                                    

Kata orang, menuliskan seulas pengharapan di sebuah lampion terbang bisa membantu harapan itu untuk terwujud.

Tapi, Sehun merasa pesimis.

Ia dikejar tenggang waktu yang sangat singkat atas keinginannya yang sangat sederhana.

Yaitu, menempati sebuah rumah bersama ayah dan ibunya.

Lampion terbang itu bisa apa? 

Dilihat dari segi apa sampai-sampai orang percaya bahwa lampion terbang bisa mengabulkan doa?

Sehun tahu Tuhan itu maha mengetahui, tapi jika memang Tuhan sudah tahu, kenapa Sehun merasa Tuhan sedang bercanda saat menanam rohnya di rahim sang ibu?

Ia sudah melakukan banyak hal hingga nyaris kehilangan nyawa, tapi cinta itu rasanya masih jauh teraba.

"Eomma seharusnya minum lebih banyak obat peluruh kandungan saat janinku masih berusia dua bulan. Kalau aku mati saat itu juga, saat ini aku tak perlu menerbangkan lampion-lampion bodoh itu untuk mengemis harapan."

Ayahnya memeluk, menutupi pandangan Sehun dari sosok ibu yang berbahagia dengan pria lain tak jauh di depannya. "Jangan berkata seperti itu, Nak. Kau anak yang baik."

"Jika Tuhan punya waktu yang sangat banyak untuk membaca satu per satu pesan yang ditulis orang-orang di lampion itu, kenapa Dia tidak pernah punya waktu untuk mengabulkan permintaanku yang sudah aku panjatkan selama bertahun-tahun?"

"Permintaanmu akan dikabulkan ketika doamu dikuatkan oleh ketulusan, Sehun."

"Jadi, Appa bilang aku kurang tulus selama ini?"

Pria itu menggeleng lalu melepas pelukan, tangan kekarnya membingkai wajah Sehun yang kacau karena dilanda lara. "Jika kau masih mengungkit-ungkit doamu, itu tandanya kau belum tulus, Nak."

Sehun melepas tangan ayahnya lalu menatap langit yang kini dihiasi lampion terbang warna-warni. Lampion berisi doa miliknya sudah menghilang ditelan awan. Sisanya kini hanya tangannya yang mengepal, air matanya yang mengalir, lalu bergegas pergi.

Ia akan menunggu apakah kali ini Tuhan akan menerima doanya atau tidak. Jika doa dalam lampion itu masih kurang sederhana juga, itu artinya Tuhan memang sedang bercanda.

"Tuhan, jika rumah dalam arti yang sebenarnya tak akan pernah menjadi realita untukku, setidaknya sisakan sedikit ruang di hati ibuku untuk menjadi tempatku pulang. Kali ini, tolong dikabulkan, ok?"


***Home Is Wherever I'm With You***

HOME (EXO FF) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang