"KEJU BUSUK!"
Sehun mengembungkan pipi, sementara tangannya terangkat untuk menutup telinga saat sesosok pemuda–yang sedang mengendap-endap memasuki ruang rawatnya-berteriak kencang lantaran kepergok.
"Kau maling, ya?" Sehun berkacak pinggang, memelototkan matanya dan menatap pemuda yang sekarang sedang bersembunyi di dalam toilet. Padahal jelas-jelas pemuda itu lihat ada dirinya sedang tiduran di ranjang.
Lalu, dengan tidak tahu dirinya pemuda bertopi merah itu main masuk saja, menyerobot ke toilet, dan memarahi Sehun semena-mena.
"Berisik sekali, sih! Diam saja dan kembali ke ranjangmu." Pemuda itu malah balas melotot dan mengatupkan giginya karena geram.
Sehun menghela napas lalu balas berteriak, "Pencuriiii!"
"TOMAT MENTAH! DIAMLAH!"
"MALIIIIING!"
Sehun memang keparat. Pemuda asing itu harus menahan keinginannya yang ingin mencekik leher Sehun karena dia terus-terusan berteriak dari tadi. Sebagai gantinya ia kini memiting leher Sehun dari belakang. "Hei, Susu basi! Tolong diam sebentar, aku bukan maling. Aku hanya numpang bersembunyi sebentar saja."
"Iya, kau bersembunyi karena habis mencuri, kan?"
"Cerewet! Aku bilang aku bukan maling ya bukan. Sekarang, kembali lah ke ranjang dan jangan beri tahu bahwa aku ada di sini kalau ada yang tanya nanti, ok?"
Alis Sehun naik satu, ia terlihat sedang menimbang-nimbang hingga akhirnya dia berkata, "Ada syaratnya!"
Pemuda itu berdecak sebal lalu melepas pitingannya. "Dasar kornet kadaluarsa! Pamrih sekali jadi orang!"
"Kau setuju apa tidak? Kalau tidak ya gampang saja sekarang tinggal aku beri tahu orang-orang yang sedang mengejarmu di luar sana kalau kau bersembunyi di kamar rawatku."
"Baiklah-baiklah." Pemuda asing itu akhirnya mengalah. "Apa syaratnya?"
Sehun menyeringai, lalu melambaikan tangan meminta pemuda itu untuk mendekatkan telinga. "Sini."
"Tidak mau!" Si Topi merah berteriak lagi, tanda tak setuju dengan bisikan dari Sehun barusan.
"Ya kalau tak mau ya sudah. Enyah kau dari ruanganku sekarang juga!" Sehun berbalik lalu berjalan tertatih-tatih menuju ranjangnya. Infus vitamin dan transfusi trombosit-nya sudah dilepas. Ia sedang dalam masa recovery. Seharusnya, dia sudah diperbolehkan pulang.
Tapi karena dia sedang dalam mood tidak baik, Sehun meminta Choi Jin Hyuk untuk membiarkannya istirahat di rumah sakit barang semalam lagi. Yeon Seok sebagai ayah setuju bukan main. Karena jarang-jarang Sehun mau suka rela berinisiatif mengistirahatkan dirinya sendiri.
Padahal, dia tak tahu saja. Sehun sedang membenci fakta bahwa selama ini keluarga Yeon Seok menutupi sebuah rahasia yang secara tidak langsung membuatnya seperti orang bodoh karena tak tahu apa-apa.
Moon Chae Won–ibunya-tidak serta merta membuangnya. Menyerahkannya seperti barang kepada keluarga Yeon Seok. Tapi wanita itu hancur karena terpaksa mengalah demi satu hal ... profesi Yeon Seok.
Tidak ada pernikahan di antara ayah dan ibunya. Sehun sangat sedih akan hal itu. Karena artinya, beban dan tugasnya bertambah berat. Dia seperti sedang berusaha menyatukan pecahan piring yang sudah hancur berkeping-keping.
"Jangan sedih!" Sosok asing itu keluar dari toilet, masih dengan mengendap-endap. "Baiklah aku a ...."
Secepat kilat, pemuda itu kembali masuk ke toilet begitu mendengar suara berisik dari luar dan pintu kamar rawat Sehun yang terbuka dengan keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME (EXO FF) ✔
FanfictionTidak ada roh di dunia ini yang berhasil lahir setelah membujuk Tuhan untuk memilihkannya rahim yang sesuai keinginan sebagai awal kehidupan. Tuhan adalah satu-satunya yang paham bahwa Ia mengukir takdir bukan tanpa tujuan. Mungkin Sehun tidak bisa...