Pagi menyapa. Seoul di musim gugur menjadi lebih dingin dari sebelumnya. Belum lagi hujan dengan intensitas sedang yang turun sejak semalam. Chanyeol di sebelah Sehun masih tidur tertelungkup. Sementara Sehun sudah membuka matanya diam-diam. Dia menatap langit-langit kamar yang masih gelap. Chanyeol cuma bisa bisa tidur kalau keadaan gelap. Sementara Sehun kebalikannya.
Tapi akhirnya Sehun yang mengalah. Sekarang, satu-satunya sumber cahaya adalah dari sinar-sinar matahari yang masuk lewat celah tirai dan jendela.
"Hyung." Sehun menepuk pantat Chanyeol dengan keras. "Bangun!"
Tidak ada suara. Jiwa Chanyeol masih ada di alam bawah sadarnya, di mana dia sedang berada di suatu tempat yang romantis bersama Jessleen.
Sedangkan di luar sana, Yeon Seok sedang berdiam diri menghadap kompor listrik yang sama sekali tak menyala. Setelah semalaman dia puas menangisi nasib hidup yang menurutnya sangat memalukan, sekarang masih tersisa rasa sakit saat ingat Sehun untuk pertama kali membentaknya.
Yeon Seok tidak marah. Hanya, rasanya sakit saja. Ia takut, Sehun kehilangan rasa sayang terhadapnya. Ia takut, Sehun lelah berkorban untuknya.
Di saat lamunan nestapanya melambung tinggi, ponselnya berbunyi dari arah meja makan. Kala Yeon Seok mendekat, gurat sendu di wajahnya tiba-tiba hilang hanya karena ... nama Moon Chae Won tertera di sana.
"Halo."
"Oppa! Sehun di mana?"
Yeon Seok tersenyum sambil menunduk. Ya, Sehun. Chae Won meneleponnya hanya untuk Sehun. Harusnya, dia sudah menghilangkan harapannya itu sekarang. "Sehun di rumahnya yang baru, Chae Won. Kami tinggal di daerah Yongsan sekarang."
"Itu tidak penting. Sekarang, bagaimana keadaan Sehun? Aku mencoba menelponnya tapi ponselnya tidak aktif. Dia baik-baik saja, kan?"
Senyum miris Yeon Seok terbit lagi. "Tidak begitu baik-baik saja. Sehun membutuhkanmu ... dan begitu juga aku. Aku juga membutuhkanmu."
Chae Won di seberang sana terdiam. Wanita itu menatap nanar ke arah jalanan, di mana Joong Ki sebentar lagi pasti akan datang untuk menjemputnya.
Bagaimana ini? Kenapa perasaannya goyah?
"Aku sudah tahu semuanya, Chae Won. Maafkan, mungkin ini terlambat. Tapi, setidaknya kau harus tahu bahwa saat itu aku tidak pernah benar-benar meninggalkanmu. Orang tuaku memperdayaku. Menyakitimu. Tapi, kau juga harus tahu bahwa selama ini aku sangat menderita karena menyimpan kesimpulan semu bahwa kau sangat-sangat membenciku dan tidak menginginkan Sehun. Chae Won, kau mendengarkan aku?"
Helaan napas sedih terdengar dari seberang telepon. "Ya, Oppa. Lanjutkanlah."
"Chae Won, gomawo. Pengorbananmu dan Sehun mungkin sudah menyelamatkan masa depanku. Tapi tidak dengan hatiku. Aku ... masih mencintaimu. Selama dua puluh tahun ini hanya namamu yang mendiami hatiku. Jadi ... bisakah ... walau ini terdengar sangat memalukan ... tapi ... bisakah kau ... memberi aku dan Sehun kesempatan untuk menempati sebuah rumah di mana kau bisa menjadi seorang istri dan ibu bagi anakku?"
Chae Won meloloskan air mata.
Ini gila. Dalam beberapa jam, dia sudah harus berangkat ke Busan. Mengurusi gelaran pernikahannya yang akan digelar kurang dari tiga bulan lagi. Tapi, tiba-tiba hatinya seperti daun yang ditampar angin. Meliuk ke sana-ke mari. Tak jelas apakah ia akan bertahan pada rantingnya, atau malah jatuh terbawa angin.
"Aku ... aku ... tidak yakin. Pertemuan kita dan kebenaran itu, terlalu terlambat. Aku tidak mungkin mengkhianati Joong Ki Oppa sekali lagi. Mianhae."
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME (EXO FF) ✔
FanfictionTidak ada roh di dunia ini yang berhasil lahir setelah membujuk Tuhan untuk memilihkannya rahim yang sesuai keinginan sebagai awal kehidupan. Tuhan adalah satu-satunya yang paham bahwa Ia mengukir takdir bukan tanpa tujuan. Mungkin Sehun tidak bisa...