"Se-Se-hun ... sejak kapan kau berdiri di situ, Nak?"
Young Ae terpaku. Mau mendekat saja takut.
Sehun tersenyum, terkekeh pelan. "Nenek dan Kakek cocok sekali jadi pemain drama."
Sedikit banyak, ada perasaan sakit di hati Ji Tae tatkala menatap senyum itu. Sebenarnya, ia tidak bersungguh-sungguh membenci Sehun. Hanya saja, sebagaimana luka pada umumnya. Sehun adalah garam yang membuat lukanya terkadang kembali perih.
Terlebih, ada satu rahasia yang membuat ia masih saja sering dihantui rasa bersalah setiap kali memandang wajah Sehun. Rasa bersalah yang mendorongnya untuk menciptakan sebuah penyangkalan dan pembenaran. Rasa yang membuat ego dan benci muncul untuk menutupi dan menyembunyikan.
"Dengarkan penjelasan kakek dulu, Sehun." Ji Tae melangkah maju. Tapi Sehun menggeleng dan terus melemparinya dengan senyum nestapa.
"Sudah jelas, Kek. Semua sudah jelas. Kakek tidak perlu buang waktu dan tenaga untuk mengulanginya. Aku sudah mendengarnya sendiri."
Sehun menelan ludah, tangannya terangkat untuk mengusap darahnya sendiri dengan gemetaran.
"Kakek membenciku, kan? Aku sudah mendengarnya. Kakek juga menganggapku sebagai ancaman untuk appa, kan? Aku juga sudah mendengarnya."
Tak tahan lagi menahan sesak, Sehun terbatuk. Ia lantas memijat dadanya sendiri dan berharap agar kunang-kunang nakal tidak serta merta datang di saat seperti ini.
"Kakek tidak tulus merawatku, memanggilku anak haram di belakangku tapi berpura-pura menjadi kakek yang baik di depanku? Itu pun aku sudah mendengar."
Tidak pernah terbayangkan sebelumnya di benak Ji Tae, bahwa rasanya akan sesakit ini saat akhirnya Sehun tahu sebagian kecil dari perasaannya. "Sehun ...."
"Tapi, Kek, Nek ... jangan sampai appa mendengarnya. Jangan biarkan appa tahu bahwa selama ini Kakek dan Nenek memendam perasaan semacam itu di belakangku. Percayalah, itu akan membuat appa sedih."
Sehun membalikkan badan. Dia ingin sesegera mungkin pergi dari tempat itu. Meminta Tuhan memanggilnya sekarang juga kalau perlu.
Karena, kalau memang keberadaannya ternyata semembahayakan itu, bukankah lenyap menjadi satu-satunya jalan yang terbaik?
"Ah, Kek ...." Sehun urung bergerak, lalu memiringkan tubuh, membuat Young Ae dan Ji Tae hanya bisa menatapnya dari samping. "Di dunia ini tidak ada satu pun orang yang mampu menjadi penjamin atas perasaan seseorang. Kakek tidak bisa menuduh eomma bahwa dia akan membalas dendam. Dia bahkan sudah lupa tentang perasaannya untuk appa. Jangankan berpikir untuk kembali, masih cinta saja tidak.
"Eomma akan menikah musim dingin tahun ini. Nyatanya, bukan dendam yang Kakek dan Nenek maksud yang akan menghancurkan hidup appa. Tapi, pernikahan itulah yang akan melakukannya. Kakek dan Nenek pasti sudah tahu, kan? Appa tak pernah mencintai wanita lain selain eomma?"
Ji Tae dan Young Ae terdiam tak berkutik. Mereka tak berdaya dengan serbuan bayonet yang terkandung di setiap kata yang Sehun ucapkan.
Sehun benar, mereka lupa satu hal. Yeon Seok terlalu mencintai dan memuja Chae Won, hingga ditinggalkan dan dibiarkan menyendiri selama 20 tahun lamanya saja menjadi bukan masalah.
Karena bagi Yeon Seok, selama Chae Won baik-baik saja dan bahagia, segalanya sudah cukup. Perasaan dan hatinya yang dibiarkan kosong tidak masuk dalam hitungan pengorbanan cinta.
"Jika mau berbicara soal balas dendam, meninggalkan appa dan mencintai pria lain adalah cara eomma membalas dendam itu." Sehun tersenyum perih, mati-matian ia menahan kesakitannya seorang diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME (EXO FF) ✔
FanfictionTidak ada roh di dunia ini yang berhasil lahir setelah membujuk Tuhan untuk memilihkannya rahim yang sesuai keinginan sebagai awal kehidupan. Tuhan adalah satu-satunya yang paham bahwa Ia mengukir takdir bukan tanpa tujuan. Mungkin Sehun tidak bisa...