Hari Minggu yang lain mulai menyapa.
Keadaan bagi Sehun terasa tak pernah baik. Baik soal hatinya, takdirnya, tubuhnya, hidupnya. Semua seperti berputar-putar di tempat. Ia belum menemukan cara untuk meraih hati Chae Won. Ia juga belum menemukan cara untuk membuat keluarga ayahnya buka mulut perihal masa lalu.
Sehun tak mau memaksa. Dia ingin kakek dan neneknya berterus terang dengan sendirinya. Tapi masalahnya, ia mulai tak sabaran.
Sejak kejadian dia pura-pura pingsan di depan Sungkyunkwan demi mendapatkan perhatian Chae Won, keluarganya semakin protektif. Dia mulai dilarang keluar, dilarang pergi-pergi jika itu tanpa Chanyeol atau Yeon Seok. Sudah seminggu tepatnya.
"Sehun, kakek dengar, jurusan Sastra Inggris baru ada untuk program pascasarjana di Sungkyunkwan. Kau punya alternatif jurusan lain untuk melanjutkan kuliahmu di sana?" Ji Tae membuka percakapan sambil menyantap hidangan makan malam.
Sehun mendengkus pelan sambil terus mengaduk-aduk nasi merah dan sayur mayur di piringnya. "Ada pendidikan matematika, perfilman, ilmu sosial. Tak masalah jika strata satu untuk Sastra Inggris tak ada."
Young Ae menahan napasnya sambil menatap Ji Tae. Takut-takut kalau suaminya terpancing dengan nada dingin dari Sehun barusan.
Sementara itu Chanyeol bersikap cuek. Dia dengan lahap memakan daging-dagingan dan pasta yang sengaja ia minta dari Bibi Jang.
Sejak lima belas tahun ke belakang, dia rela menekan keinginannya untuk memakan makanan enak jika ada Sehun. Termasuk saat makan malam dan sarapan. Bahkan, Chanyeol colong-colongan makan junk food di luar. Semua itu dia lakukan agar Sehun tidak terusik dan goyah dari diet sehatnya.
Tapi, sejak ia tahu bahwa Sehun dan Yeon Seok lebih memilih mengorbankan diri mereka demi Chae Won, Chanyeol memutuskan untuk berhenti mengalah.
Dia peduli dengan Sehun. Tapi kalau Sehun saja sudah tidak peduli dengan dirinya sendiri, buat apa lagi Chanyeol melakukannya?
Park Hae Jin–ayah Chanyeol-berdeham, menyikut putranya yang acuh tak acuh. Sedangkan Sehun terlihat sangat jengkel di seberangnya.
"Apa?" Chanyeol menantang Hae Jin, dia tak pernah suka ada yang mengganggu acara makannya.
"Hibur Sehun, Chan." Hae Jin berbisik. Takut didengar Sehun.
"Apa urusanku?" Chanyeol mengangkat muka hingga bersitatap dengan Sehun. Pemuda berkulit pucat itu terlihat tertekan sekarang gara-gara ditatap Chanyeol dengan sengit.
Sehun memang ingin Chanyeol berhenti memprioritaskan dirinya demi masa depan dan hidup Chanyeol sendiri.
Tapi jika dengan begitu ia harus dibenci oleh Chanyeol, Sehun tak suka.
"Hyung ...." Sehun memanggil Chanyeol pelan sambil menunjuk pasta dengan banyak daging suwir dan cheddar di piring Chanyeol. "Aku mau juga."
Lebih tepatnya, Sehun hanya ingin Chanyeol kembali memerhatikannya.
Chanyeol menelan makanan dengan santai lalu berdiri dan membagi setengah pastanya ke atas piring Sehun.
Semua orang membelalakkan mata. Biasanya tidak seperti ini. Biasanya, Chanyeol akan menyemburkan ceramah yang tak habis dalam tujuh menit kalau Sehun berniat melanggar pantangannya.
Tapi yang sekarang, Chanyeol bahkan dengan suka rela memindahkan makanannya tanpa sepatah kata pun.
Sehun kecewa. Chanyeol tak sesayang itu lagi kepadanya.
Tangan Sehun bergetar. Pasta di piringnya adalah bukti bahwa Chanyeol sudah berhenti menyayanginya.
"Makanlah. Kenapa cuma dilihat?" Chanyeol bersuara sambil tersenyum sinis. "Kenapa, Bayi besar? Kau mau kusuapi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME (EXO FF) ✔
FanfictionTidak ada roh di dunia ini yang berhasil lahir setelah membujuk Tuhan untuk memilihkannya rahim yang sesuai keinginan sebagai awal kehidupan. Tuhan adalah satu-satunya yang paham bahwa Ia mengukir takdir bukan tanpa tujuan. Mungkin Sehun tidak bisa...