Seminggu berlalu begitu cepat.
Rasanya, baru kemarin Sehun lahir. Kini, pemuda itu sudah bisa pergi ke sana ke sini, bahkan sekarang sedang mengurus kepindahannya ke Sungkyunkwan seorang diri.
Dengan tabah, dia mengikuti beberapa prosedur. Membuatnya menunggu lama di koridor ruangan yang sepi. Sayangnya, ia baru sadar bahwa ia memilih timing kepindahan yang keliru.
Liburan musim panas memang sudah usai. September sudah menyapa. Tapi tetap saja, tahun ajaran baru dimulai di bulan Februari. Itu artinya, dia akan jadi pengangguran selama satu, dua ... hampir 6 bulan!
"Aigo ...." Sehun merentangkan tangannya. Badannya pegal-pegal karena seharian ini ia menghabiskan waktu untuk membaca di perpustakaan setelah bertemu dengan staf penerimaan mahasiswa baru. Dia harus memutar otak.
Mau jadi apa dia selama 6 bulan ini?
Sehun menunduk, memijat pangkal hidung lalu tersenyum kecil sambil membaca pesan yang baru saja masuk di ponselnya.
"Sehun, jangan lupa minum obatnya."
Jika itu hanya dari satu orang, dia tidak akan tersenyum. Tapi pesan serupa itu, dengan tanda baca, huruf dan kalimat yang sama, nyaris dikirimkan oleh lima orang sekaligus.
Yeon Seok, Young Ae, Jin Hyuk, Chanyeol, dan ... Jessleen.
Dari orang-orang itu, Sehun lebih memilih untuk membalas pesan dari Jessleen.
Hoon :
Ya, Noona. Aku akan meminumnya sekarang.
Di mata Sehun, Jessleen–mahasiswi magang di kantor ayahnya-adalah satu-satunya orang yang tidak berlebihan dalam memperlakukan manusia lemah seperti dirinya.
Jessleen adalah kakak sekaligus teman yang menyenangkan. Kalimat dan nasihatnya tidak pernah terdengar menggurui. Justru membuatnya merasa dihargai sebagai teman dan keluarga pada umumnya.
Gadis itu hanya sesekali mengingatkannya untuk minum obat. Hanya sesekali menatap iba, tidak seperti yang lainnya. Mereka bahkan memenuhi kolom aplikasi chatting Sehun dengan imbauan-imbauan untuk tidak lupa minum obat, tidak ini, tidak itu.
Membuat Sehun bosan ... walau sebenarnya memang butuh diingatkan.
Hoon :
Noona, what it's like to be happy?
Sehun meletakkan ponselnya di meja. Kepalanya tertelungkup karena mengantuk sambil menunggu balasan dari Jessleen.
JessleenZhou :
Everyone has it's perspective about happiness. Your heart knows the best, Hun.
Senyum Sehun tertahan di bibir. Jawaban Jessleen memang benar, tapi tidak memuaskannya.
Tapi, itulah nilai plus Jessleen di mata Sehun.
Gadis itu tak pernah sok manis atau berusaha sempurna untuk menghibur hatinya. Tidak seperti Chanyeol, yang jika Sehun minta loncat ke jurang juga pasti akan melakukannya. Hanya demi apa? Hanya demi memuaskan hati Sehun.
Sehun tidak suka itu.
Tak lama kemudian, dia mendesah tatkala sadar bahwa air mineralnya habis tak tersisa di dalam tas. Bagaimana caranya minum obat?
Dia memang sudah terbiasa berteman dan menelan obat, tapi tanpa air, obat akan terasa lebih pahit, kan?
Sehun lantas berdiri, mengaitkan ransel di salah satu bahunya dan berjalan menuju kafetaria.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME (EXO FF) ✔
FanfictionTidak ada roh di dunia ini yang berhasil lahir setelah membujuk Tuhan untuk memilihkannya rahim yang sesuai keinginan sebagai awal kehidupan. Tuhan adalah satu-satunya yang paham bahwa Ia mengukir takdir bukan tanpa tujuan. Mungkin Sehun tidak bisa...