Home 3 : Angry Chanyeol

5.9K 548 108
                                    

"Kau habis dimarahi ayahmu ya semalam?" Chanyeol terkekeh geli sambil mengamati Sehun yang sedang malas-malasan membasuh tangan dengan hand sanitizer yang selalu ada di kantong jaketnya.

Sehun mengangguk sambil cemberut di balik masker yang menutupi sebagian wajah yang menurut banyak orang dinilai sangat tampan. "Heran sekali dengan ahjussi yang satu itu. Dulu aku dilarang-larang pergi jauh. Sekarang, aku mau pulang malah dimaki-maki. Maunya apa, sih?"

Tangan panjang Chanyeol menjulur. Sekilas tangan itu terlihat akan mendarat dengan sangat keras di kepala Sehun, tapi begitu jaraknya menipis, ternyata dia hanya mau mengusap rambut adik sepupunya dengan lembut. Tapi dengan gigi bertabrakan hingga terdengar suara berderit-derit. Geram ... tapi ditahan.

"Siapa yang tidak akan memakimu, Sehun? Kau ini tipikal orang yang tidak tau diri sekali." Chanyeol meringis, mendapati tatapan tajam dari Sehun tapi itu sudah biasa. Dia sudah kebal.

"Kau menghabiskan tenaga, jiwa, raga, nyawa, dan segalanya demi melanjutkan kuliah di KAIST. Lalu sekarang, setelah kau berhasil sehat dan selamat sampai di semester dua, tanpa ada angin tanpa ada badai kau minta pindah? Gila sekali!"

Tawa renyah tapi sumbang dari bibir Sehun terdengar melengking. Flat mereka yang kelewat higienis sampai terasa berdengung gara-gara Sehun tertawa. "Aku capek kuliah di sini, Hyung. Belum lagi, aku terus-menerus jadi tanggunganmu di sini. Sementara kau kan punya kehidupan sendiri selain menjadi baby sitter-ku."

"Kau pikir aku akan tetap kuliah di sini kalau kau pindah? Pasti mereka akan memaksaku untuk ikut pindah denganmu."

Sehun melepas masker putihnya dengan geram lalu melempar bantal sofa ke wajah Chanyeol keras-keras.

Chanyeol menangkis dengan sigap hingga bantal itu berbelok tersungkur dan teraniaya di lantai. "Kenapa, sih? Jangan ngamuk, nanti kalau kau pingsan aku yang dimarahi."

Bibir Sehun bergerak-gerak menirukan gaya bicara Chanyeol dengan malas. "Sekali-kali tolak kemauan mereka. Kita sudah besar. Aku bisa hidup sendiri dengan baik, kok."

"Ck!" Tidak habis pikir, Chanyeol sudah kenal Sehun dari anak itu masih berumur hitungan jam. Tapi sampai sekarang, Chanyeol masih belum tahu kenapa kepala Sehun bisa lebih keras dari labu Halloween yang masih mentah.

"Hun, keras kepalanya tolong dihilangkan sebentar. Ingat-ingat perjuanganmu untuk bisa lulus sekolah dan masuk seleksi demi kuliah di KAIST. Kau masih ingat, kan? Ini kampus impian kita sejak dulu. Kita akan sama-sama jadi profesor suatu saat nanti."

"Hm ...." Memang tak salah kalau Chanyeol mengeluh betapa tempurung tengkorak Sehun bisa begitu keras. Sekarang, bukannya merenungi apa kata Chanyeol, Sehun malah merebahkan diri dengan kaki menjulur ke pangkuan kakak sepupunya itu.

"Hei, kau dengar aku tidak?"

"Lanjutkan, Hyung. Aku dengar."

"Kita bisa kuliah di sini juga bukan tanpa pengorbanan, Hun. Kakek sudah mensponsori kita sampai bisa diterima di KAIST. Ini sudah hampir setengah jalan, aku bahkan sudah hampir lulus. Masa kau mau pindah?"

"Aku tak meminta Hyung ikut pindah bersamaku. Aku baru dua semester, Hyung. Aku mulai jenuh dengan program-program di sana."

Chanyeol mengalihkan kaki panjang Sehun dari pangkuannya dan beranjak menuju kulkas yang terletak tak jauh dari sofa tempat ia dan Sehun bersantai-santai sekarang. "Kalau jenuh, memang kau mau pindah ke mana? Jurusan apa, hm? Dasar bocah!"

"Aku mau ambil Sastra Inggris di Sungkyungkwan. Bukankah jika aku lulus nanti lahan pekerjaannya berpeluang lebih aman untukku ketimbang jadi profesor dan lumutan di laboratorium atau di kampus? Aku bisa jadi apa saja. Jadi guru les bahasa Inggris misalnya, atau jadi penterjemah buku asing. Aku baru sadar kalau dua profesi itu pasti akan menyelamatkan aku."

HOME (EXO FF) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang