Intrudo putih milik Joong Ki baru saja berhenti di depan Cupids and The Moon. Chae Won memang selalu memintanya untuk mengantar lewat jalan utama Myeongdong. Bisa saja jika Joong Ki memasuki gang kecil di belakang komplek ruko-ruko itu, tapi Chae Won melarang. Karena akan rumit jika nanti Joong Ki berpapasan dengan mobil yang lain.
"Sampai di dalam, kau istirahat ya, Sayang. Jangan begadang." Joong Ki mengecup sejenak kening Chae Won begitu mereka tiba di depan pintu toko.
Chae Won mengangguk. "Besok Oppa tidak usah ke sini. Aku akan menjaga Suho di rumah sakit sampai dia sembuh."
Joong Ki menghela napas. Kekasihnya memang terlalu baik. Suho hanya mengalami kecelakaan kecil, tapi Chae Won sampai khawatir seperti itu. Separuh hatinya merasa cemburu, separuh hatinya lagi dia bangga. Karena itu artinya, Chae Won masih seperti yang dulu. Berhati lembut dan perhatian.
"Ok. Masuklah. Ini sudah sangat larut. Sleep tight, Sayang."
Chae Won mengangguk. Dia berbalik badan untuk melihat Joong Ki yang kembali lagi ke mobil. Tepat sebelum pria itu naik, Joong Ki berbalik badan juga. Tangan kanannya terangkat, melambai ke arah Chae Won lalu berseru, "Kita bertemu lagi nanti, ya. Di mimpi."
Chae Won tergelak. Joong Ki memang sepicisan itu jadi lelaki. Tingkahnya kadang lebih absurd dari pada remaja yang baru jatuh cinta.
Setelah Joong Ki melesat pergi, dia memasuki tokonya. Mengunci kembali pintunya dari dalam. Lalu melenggang menuju pintu karyawan, kembali menguncinya dari dalam. Lantas berjalan membelah dapur hingga ke pintu belakang.
Chae Won membukanya dengan malas. Begitu keluar, tak lupa ia kembali menguncinya. Kaki jenjangnya berputar, hendak melangkah menuju tangga spiral. Tapi badannya tersentak, langkahnya terhenti dan dia berteriak, "Astaga!"
Sehun mengangkat wajah pucatnya.
Tadi saat ia sampai, dia sampai harus dibantu oleh sopir taksi untuk turun. Dia kira dia bisa meniti tangga itu dengan kekuatannya sendiri, tapi nyatanya tubuhnya terlalu lelah. Sehun akhirnya terduduk di empat tangga pertama. Kepalanya bersandar ke railing besi. Ranselnya menggelinding dan tergeletak di bawah.
"Sehun! Kau sedang apa di sini, Nak?" Chae Won melesat maju merengkuh tubuh putranya.
Sehun bergerak kecil saat tangan Chae Won menangkup wajahnya dengan sorot mata penuh sayang. Sorot mata itu, sorot mata yang Sehun inginkan selama ini. "A-aku demam, Eomma."
"Aiishh. Benar, badanmu hangat sekali, Sehun. Ayo kita masuk ke dalam." Chae Won berdiri, menarik tangan Sehun. Tapi Sehun diam saja sambil menundukkan kepalanya lagi.
"Sehun, Nak, ayo kita masuk!"
Kepala Sehun menggeleng. "Tidak bisa, Eomma. Aku lemas."
Chae Won menghela napas. Ia memutar otak. Saat ini hatinya kalut sekali. Takut terjadi apa-apa dengan Sehun. "Jangan khawatir. Eomma akan membantu. Ayo, kau sehat, Sehun. Kau bisa berdiri dan melangkah."
Tangan Chae Won menjulur, menyelusup ke kedua ketiak Sehun. Lalu perlahan-lahan membantu anak itu berdiri.
Berhasil. Sehun berdiri dan membalikkan badan dengan tubuh nyaris terhuyung kalau saja tak dipegangi Chae Won. "Eomma ... pusing. Aku tak bisa."
"Bisa. Kau bisa, Sehun." Chae Won menahan tubuh Sehun dari belakang. Tangga spiral yang sempit membuatnya tak bisa berjalan beriringan.
Sehun menggelengkan kepalanya. Ia nyaris tersungkur lagi sebelum akhirnya Chae Won berseru, "Sehun, jangan gampang putus asa. Kau ini lelaki, Nak! Kau harus kuat, ayo eomma akan melindungimu sampai ke dalam rumah."
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME (EXO FF) ✔
FanfictionTidak ada roh di dunia ini yang berhasil lahir setelah membujuk Tuhan untuk memilihkannya rahim yang sesuai keinginan sebagai awal kehidupan. Tuhan adalah satu-satunya yang paham bahwa Ia mengukir takdir bukan tanpa tujuan. Mungkin Sehun tidak bisa...