"Aku tidak mau pulang." Sehun menyingkirkan tangan.
Dia balik duduk memunggungi Yeon Seok dan Jin Hyuk dengan sebal. Wajah piasnya masam sekali. Penuh dengan gurat tanda tanya dan ketidak terimaan.
"Sehun, jangan begini, Nak. Ayo pulang. Kakek dan nenek terus menerus menelepon appa untuk menjemputmu. Nenek bahkan pingsan begitu tadi pagi tak mendapatimu di kamar. Mereka sangat mencemaskanmu, Sehun." Yeon Seok berjalan memutari ranjang tempat Sehun baru saja melakukan transfusi darah setelah sekian minggu tak melakukannya.
Tangan Yeon Seok bergerak, memegang pundak Sehun dengan erat, tapi Sehun memalingkan muka.
"Jangan kabur lagi lain kali, Sehun. Kalau ada apa-apa di jalan siapa yang akan bertanggung jawab?" Jin Hyuk ikut berbicara sambil merapikan alat-alat medisnya. Sesekali pria itu meringis sakit. Rupanya, tinjuan Joong Ki di wajahnya tak main-main.
"Aku kabur dari rumah karena aku pikir itu adalah yang terbaik untuk kita semua." Sehun menghela napasnya, lalu mengulas senyum yang mengulum duka.
"Appa, aku sudah pernah bilang kan kalau rumah kakek membuatku lelah. Aku ... sudah tidak kuat lagi tinggal di sana, Appa."
Yeon Seok melempar pandangan bingung ke arah Jin Hyuk.
Alasan kenapa selama ini ia masih tinggal di rumah orang tuanya adalah untuk keselamatan Sehun. Sejak Sehun dinyatakan sakit saat berumur 5 tahun, ia banyak dibantu oleh keluarganya. Orang tua dan kakaknya memberikan banyak andil dalam kesehatan Sehun.
Kondisinya naik turun. Sewaktu-waktu Sehun bisa saja sehat, tapi tidak akan ada yang bisa menjamin sejam kemudian anak itu masih bugar. Jadi Yeon Seok pikir, dengan tinggal serumah dengan orang tuanya, akan ada banyak tangan yang menjaga Sehun, membantunya memantau keadaan Sehun.
"Kalau Appa pikir dengan meninggalkan rumah itu akan membuatku dalam bahaya, Appa salah. Aku sudah besar, aku sudah bisa menjaga diriku sendiri. Dibanding mengingat makan nasi, aku lebih paham dan lebih memikirkan kapan aku harus minum obat. Aku sudah paham dengan kondisiku sendiri, Appa."
"Baiklah, appa akan memikirkan kepindahan kita. Tapi tidak dalam waktu dekat karena appa masih memiliki deadline yang harus appa kejar dan ha ...."
"Aku mau pindah hari ini juga. Kalau Appa tidak mengizinkanku tinggal di rumah eomma, aku mau pindah ke mana saja yang penting tidak pulang ke rumah kakek."
Jin Hyuk memberi kode kepada Yeon Seok. Sebuah anggukan tanda persetujuan. Satu lagi untuk menjadi penekanan, dia lebih memilih Sehun hidup dalam damai ketimbang harus hidup dalam frustasi tak berkesudahan. Itu sama sekali tidak bagus untuk psikis atau pun fisik Sehun.
"Berikan alasan yang paling kuat kenapa kau tidak ingin pulang sama sekali ke rumah."
Sehun terdiam.
Kepalanya menatap ke arah lain. Tidak peduli dengan tatapan dari Yeon Seok di depannya.
Mau jujur, takut menyakiti.
Mau bohong, sakit sendiri.
Jahat! Dunia ini begitu jahat untuknya.
"Karena sudah waktunya aku menentukan hal-hal atas hidupku sendiri, Appa. Aku sudah 20 tahun. Pemuda di luar sana sudah memiliki SIM untuk berkendara, aku tidak. Pemuda di luar sana sudah boleh meminum soju, aku tidak. Pemuda di luar sana sudah memiliki pasangan, aku tidak. Pemuda di luar sana sekolah, kuliah, dan bermain ke tempat mana pun yang mereka suka, aku tidak. Kurang apa lagi aku menerima keadaanku, Appa?"
Benar, Sehun benar. Hidupnya terlalu banyak dikemudikan oleh orang lain. Terutama oleh Yeon Seok dan orang tuanya.
Sehun sudah tahu apa arti dari itu semua. Ternyata, dia diperlakukan seperti itu semata-mata karena kakeknya hanya ingin memastikan bahwa dia hidup sebagai bakteri baik yang menempel Yeon Seok. Bukan sebagai cucu pada umumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME (EXO FF) ✔
Fiksi PenggemarTidak ada roh di dunia ini yang berhasil lahir setelah membujuk Tuhan untuk memilihkannya rahim yang sesuai keinginan sebagai awal kehidupan. Tuhan adalah satu-satunya yang paham bahwa Ia mengukir takdir bukan tanpa tujuan. Mungkin Sehun tidak bisa...