"Awas! Jangan mendekat! Kau bau, Hyung!"
Sehun menghindar, menjauh dari kakak sepupunya yang baru saja selesai bermain basket di kampus. Tidak sedang bohong, tapi Sehun paling sebal dengan orang yang keringatnya bercucuran tak jelas tapi masih merasa sok keren seperti Park Chanyeol.
"Bau dari mananya, sih? Wangi begini." Chanyeol terkekeh senang melihat Sehun terganggu. Lagipula, salahnya siapa, sudah tahu jengkel dengan orang yang berkeringat tapi masih mau-mau saja menunggu di pinggir lapangan basket. Main juga tidak, protes iya ....
"Bagaimana pertemuan kemarin? Kau sudah bertemu ibumu? Bagaimana, apakah dia cantik, Hun?"
"Cantik sih, tapi seperti ratu ular, Hyung. Setiap kali buka mulut, yang keluar bisa. Bukan kata-kata."
"Kau sekarat dong sekarang? Hahaha."
"Ya begitulah. Padahal aku rindu. Aku suka punya ibu yang cantik seperti dia. Pasti menyenangkan untuk digandeng saat wisuda tiba."
"Tsk! Jadi kau ingin punya ibu hanya untuk kau bawa ke pesta wisuda?"
Sehun terkekeh mendengar tuduhan itu. Tapi memang benar, dari seratus alasan kenapa ia ingin punya ibu, satu di antaranya karena ingin ditemani saat wisuda.
"Hyung, adakah hal yang belum aku tahu dari masa lalu appa dan eomma?"
Chanyeol tak jadi minum ketika mendengarnya, dia menoleh ke arah Sehun tapi lantas terkekeh masam sedetik kemudian. "Mana kutahu. Aku baru dua tahun saat kau lahir. Kusarankan untuk bertanya saja ke halmeoni, atau kepada eomma-ku?"
Tangan Sehun bergerak memegang leher, merasa meremang setiap kali teringat kalimat sama yang keluar dari mulut neneknya. "Cerita halmeoni akan selalu seperti ini ... ehm ... ehm ... anakku menghamili ibumu, lalu ibumu marah dan membencimu. Lalu saat kau lahir, ibumu menyerahkanmu kepada anakku. Begitulah ... aku bahkan bosan bertanya lagi."
"Aigo." Chanyeol menjulurkan tangan, merangkul pundak ringkih milik sepupunya dengan erat. "Paling tidak, kau berakhir menjadi anak emas sekarang, Sehun. Siapa orangnya yang tak suka denganmu di rumah. Begitu-begitu, halmeoni dan harabeoji selalu memprioritaskan namamu di atas segalanya. Bahkan aku, biasanya aku tak suka disaingi oleh siapa pun. Tapi denganmu, tak masalah sama sekali. Itu artinya, kau beruntung sekalipun kau itu anak yang tak diinginkan oleh ibumu."
"Tapi tetap saja, Hyung, aku merasa ada satu hal yang terlewatkan dari masa lalu orang tuaku. Yang menyebabkan eomma terlihat sangat anti dengan appa sekaligus membenciku hingga ke tulang-tulangnya."
"Jangan-jangan, itu hanya sebuah sikap denial yang gagal, Hun. Ibumu sebenarnya menyesal, tapi karena sudah kepalang jauh, dia tak punya pilihan lain selain mempertahankan kebenciannya terhadapmu. Ayolah, kau ini kan kapten bajak lautnya keluarga Yoo, masa jadi lembek begini?"
Terima kasih kepada Tuhan yang sudah menciptakan langit dan bumi beserta seluruh isinya, termasuk seonggok daging berjalan bernama Park Chanyeol yang jago sekali membuat mood baik Sehun muncul ke permukaan.
"Ibumu tak menolak saat ayahmu meminta bertemu. Itu tanda bahwa sebenarnya dia juga ingin bertemu denganmu. See?"
"Ya, kau benar juga, Hyung. Tumben si kuping alien jadi pintar begini." Sehun bergegas beranjak dan berlari sebelum otak loading lama milik Chanyeol sadar bahwa barusan ia sudah mengejeknya.
Benar kan, Sehun sudah berlari hingga ke arah gerbang kampus saat Chanyeol sadar bahwa baru saja ia dihina oleh adik sepupunya sendiri. "Yoo Sehun! Jangan lari kau!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME (EXO FF) ✔
FanfictionTidak ada roh di dunia ini yang berhasil lahir setelah membujuk Tuhan untuk memilihkannya rahim yang sesuai keinginan sebagai awal kehidupan. Tuhan adalah satu-satunya yang paham bahwa Ia mengukir takdir bukan tanpa tujuan. Mungkin Sehun tidak bisa...