Home 9 : A Bitter Day

3.9K 470 113
                                    

"Here's the latte made by love."

Joong Ki tersenyum. Dia meletakkan secangkir latte itu di depan Chae Won yang sedang duduk merenung di sofa abu-abunya.

"Latte punyamu mana, Oppa? Kau tak membuatnya juga?"

Bahu Joong Ki terangkat sambil duduk mendekat di samping Chae Won, tangan kirinya menyelusup ke belakang punggung wanita itu. Sementara tangan kanannya dengan lembut menyisihkan rambut Chae Won yang menjuntai tak rapi ke belakang telinga. "Kita minum secangkir berdua, ya?"

Chae Won tersenyum mengiyakan. Joong Ki memang seperti itu. Terkadang, dia bisa terlihat begitu gentle dan lembut. Tapi di lain waktu, pria itu akan terlihat tegas dan garang.

"Memikirkan Sehun?"

Helaan napas lelah seketika terdengar begitu nama anak itu disebut oleh Joong Ki. Sebenarnya, Chae Won tak sepenuhnya membenci. Hanya rasanya, berat sekali untuk membiasakan diri terlibat dengan kehadiran Sehun yang akhir-akhir ini sering muncul.

"Kurasa, aku perlu melakukan pendekatan dengan Sehun, ya? Dia tampak tidak menyukaiku."

Chae Won menggelengkan kepalanya
"Tidak perlu, Oppa. Suka atau tidak suka dia tidak berhak atas apa pun. Kita akan tetap menikah."

"Apa yang menyebabkan kau tidak bisa menerimanya, hmm?" Joong Ki mengulas senyum, ia tatap mata Chae Won dalam-dalam. Keahliannya membaca diri seseorang lewat pandangan memang mujarab. Dari bola hitam putih itu, Joong Ki bisa tahu saat orang berkata jujur, pun saat orang berkata bohong.

"Aku membencinya."

Joong Ki tahu Chae Won jujur.

"Aku selalu melihat masa laluku yang hancur lewat matanya."

Joong Ki juga tahu bahwa Chae Won masih jujur.

"Aku tidak sudi menerimanya. Sampai kapan pun."

Yang ini tidak.

"Kau tahu, Chae Won-ah? Kebencianmu dan masa lalumu, memang sudah tidak bisa dihindari. Karena apa? Karena kedua hal itu sudah terjadi. Tapi, ketika kau bilang kau tidak sudi menerimanya, itu tidak benar. Tidak ada hal yang akan menjamin hati seseorang. Ingat Sayang, masa depan siapa yang tahu? Sebelum menyesal, cobalah terlebih dulu. Genggam tangan Sehun tanpa harus melepas cintaku. Kau mau mencobanya?"

Chae Won berkaca-kaca. Hatinya mengulang kalimat dari Joong Ki barusan. Apa tadi? Menggenggam tangan Sehun tanpa harus melepaskan cintanya?

Apakah itu bisa dilakukan?

"Kau adalah seorang ibu. Aku tidak akan menikahi seorang ibu yang tak punya hati, Sayang. Kalau dengan buah hatimu sendiri saja kau menolak memberi cinta, apa lagi untuk aku? Aku orang asing. Aku juga belum tentu jadi masa depan yang indah untukmu."

"Oppa ...." Chae Won mendesah. Dia menggenggam tangan Joong Ki yang sekarang sedang membingkai wajahnya. Dipandanginya Joong Ki lamat-lamat, mencari sumber keteguhan untuk bekalnya melangkah.

Itu dia!

Chae Won menemukan keteguhan itu di sana.

Joong Ki tersenyum lagi, lalu bergerak dari hangat tubuh Chae Won untuk mengambil latte-nya di meja. Pria berusia 40 tahun itu menyesap satu sisi cangkir. Meminumnya dengan tenang dan damai lalu menyodorkannya kepada Chae Won.

"Minumlah di sisi yang sama denganku, Sayang," katanya sambil mengerling jail ke arah Chae Won yang kini tersenyum geli.

Diikutinya apa kata Joong Ki, Chae Won menerima cangkir berisi latte itu lalu meminumnya di sisi yang sama dengan senang.

HOME (EXO FF) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang