Home 18 : Sleep Tight, Gloomy Morning

4.7K 463 168
                                    

Sehun ingin sekali keluar. Bermain dengan hujan seperti anak-anak pada umumnya. Tapi, sampai kapan pun juga, hujan tak akan pernah baik untuk tubuhnya yang gampang tak berdaya.

Sweater cokelatnya mulai terasa gerah. Dia ingin melepasnya tapi takut kedinginan. Serba salah memang jadi pesakitan. Dengan terseok-seok, ia kembali ke ranjangnya. Duduk sejenak lalu menjatuhkan diri dan menyembunyikan tubuh di bawah selimutnya.

"Eomma ...." Sehun menangis.

Ia takut sekali, ia takut sekali prediksi Jin Hyuk terhadap kekuatannya meleset.

"Eomma ... bogoshipeo."

Dari sekian banyak ketakutan itu, Sehun paling sedih jika ingat kerinduannya yang tak pernah tuntas.

"Beri aku waktu lebih lama lagi, Tuhan."

Sehun paranoid sekarang. Ia menakuti hal yang tidak pasti.

"Aku ... a ...." Sehun terbatuk. Dia segera bangun untuk menepuk-nepuk dadanya. Matanya bergerak nanar menatap pintu. Rasanya begitu sakit. Ia ingin berteriak memanggil siapa saja yang ada untuk menolongnya, tapi rasanya tak mampu.

Tubuhnya bahkan kembali meringkuk di kasur. Batuknya tak kunjung berhenti. Sejenak Sehun memejamkan mata, membiarkan telinganya yang berdenging menutup suara-suara yang dihasilkan dunia.

Kilas balik perjalanan hidupnya hinggap di kepala.

Saat ia menunggu ayah menjemputnya seorang diri di depan sekolah. Saat ia diejek karena tak punya ibu. Saat hanya pelukan ayahnya yang ia jumpai di setiap pagi.

Saat hangatnya dekapan ibu tak pernah ia dapati.

Sehun iri dengan kehidupan orang lain. Mereka selalu menilai bahwa ia hanya berbahagia di atas kebutuhannya sendiri. Mereka yang mengejek saat Sehun menolak diajak bermain bola tak pernah tahu bahwa Sehun bisa saja mati di sela permainan.

Mereka yang berbisik-bisik di belakang Sehun karena iri dengan nilai si anak tanpa ibu yang penyendiri tak pernah tahu bahwa belajar adalah satu-satunya kegiatan yang tak pernah menyakiti Sehun.

Mereka yang memaki Sehun adalah awal dari pemberontakan Sehun selama ini.

"Eomma ...." Sehun menunduk. Mengabaikan sesak di dada saat ingatan itu datang lagi menyerbunya.

Masa kecilnya sama sekali tak sebahagia yang orang lihat.

Sehun menjadi keras karena tak mau dihancurkan. Sehun menjadi pongah karena tak ingin disakiti.

Mata Sehun kembali terpejam.

Kunang-kunang nakal tak datang, hanya saja sebuah derit menyakitkan sedang mencabik-cabik otaknya. Sesuatu yang mencekik seperti berusaha mengurainya. Sehun pikir dia akan mati.

Kesakitannya kali ini terlalu abstrak untuk ia hadapi.

Begitu mata sayunya terbuka, bibir pucatnya menyunggingkan senyum. Ada bayangan tubuh ibunya yang mengabur. Samar-samar ia mendengar wanita itu memanggil namanya.

Tak lama, tubuhnya diangkat oleh seseorang. Sehun diam saja. Baginya, dunia terasa seperti kamuflase.

Yang mana yang membuat sakit, yang mana yang membuat bahagia sudah tak ada bedanya. Dia terlalu bodoh untuk menjadi makhluk yang dihidupkan.

"Sehun!"

Mata sayu Sehun semakin terbuka. Tampaknya, jiwanya telah kembali. Anak itu baru sadar bahwa kini posisinya terasa lebih nyaman. Bantal empuk di belakang kepalanya, kaki yang ditopang oleh dua bantal sekaligus. Serta ... tatapan dari Moon Chae Won.

HOME (EXO FF) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang