Hari ini tanggal 11 Agustus 2016. Tanggal 17 nanti, kecamatan tempat tinggal Farel dan Refa mengadakan acara karnaval untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Banyak sekali peserta dari sekolah dan kelompok lainnya untuk memeriahkan Dirgahayu Republik Indonesia ini, salah satunya SMP 1. Sehingga banyak sekali persiapan yang dilakukan untuk keberlangsungan karnaval tersebut.
Kelas Refa tak kalah antusias menghadapi acara ini. Kini, mereka tengah mempersiapkan segalanya.
Kriteria peserta yang harus diikuti tiap kelas beserta pakaian yang digunakan adalah:
1. Mojang Jajaka/Pengantin Kelas (Tergantung Kelasnya Masing-masing)
2. Pelajar (Seragam Sekolah)
3. Anak Desa (Baju Kebaya dan Pangsi)“Ref, kamu pilih yang mana?” tanya Farel seusai membaca tulisan di papan tulis hitam dengan memicingkan matanya.
“Biar gak ribet, aku mau jadi pelajar aja. Kalo kamu?” tanya Refa balik.
“Ya udah, aku sama aja kaya kamu,” sahut Farel sembari tersenyum.
“Ekhem-ekhem, minta perhatiannya!”
Anto, Ketua Murid alias KM kelas dadakan yang terpilih tanpa melalui musyawarah tengah berbicara di depan kelas.
“Biar aku yang mutusin siapa yang bakal jadi pengantin kelas kita ini, okey! Ada yang minat? Angkat tangan!” ujar Anto.
Dengan cepat, Astri dan temannya, Ranti, mengangkat tangan.
“Ya, okey! Astri dan Ranti. Ada lagi? Hmm … laki-lakinya nggak ada, nih? Eh, sebentar-sebentar … Farel, kamu cocok deh, jadi pengantin kelas! Minat, gak?”
Cerocosan si KM yang setengah didengar setengah tak didengar itu, kali ini mengundang tatapan mata yang tertuju ke arah meja Farel dan Refa, terutama Farel.
“Eh? Gimana, ya? Bentar …. Ref, kamu ikutan, dong! Temenin aku .... Asal kamu ikut, aku juga bakal ikut!” bujuk Farel.
“Loh, kok bawa-bawa aku sih, Rel?” sela Refa tak terima.
Mendengar percakapan antara Farel dan Refa, sang KM pun menuliskan nama mereka berdua di papan tulis tanpa persetujuan.
Farel yang menyadari tulisan tersebut tertawa meledek Refa.
“Tuh, kan, gara-gara kamu, nama aku jadi ditulis.” Refa cemberut.
“Biarin deh, semoga kita kepilih,” cetus Farel.
Refa meringis kesal.
Berbalik dengan sikapnya, justru di dalam hati Refa, ia berkata, “Iya, Rel. Semoga kita kepilih, ya!”
Beberapa teman sekelas Refa pun banyak yang terpampang di papan tulis. Saatnya voting untuk kesepakatan.
Dan hasil yang didapat:
1. Laki-laki: Farel.
2. Perempuan: Astri.“Sepakat ya, semua?” tanya Anto kepada teman-temannya.
“Sepakat!” jawab semua murid di kelas itu, kecuali Refa yang hanya terdiam.
“Kenapa harus Astri, sih, yang kepilih?” gerutu Refa dalam hati.
“Yah, kamu gak kepilih, Ref,” celetuk Farel.
Tapi, Refa yang diajak bicara hanya menunduk dengan wajah murung.
“Refa!” ulang Farel sedikit lebih keras.
“Hmm, kenapa, Rel? Oh, iya! Selamat ya, Rel!” Refa menepuk bahu Farel sambil tersenyum walaupun terpaksa.
Farel membalas senyuman Refa dengan senyuman tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Farel dan Refa
SonstigesMerangkai mimpi dalam kehidupan memang sudah seharusnya kita lakukan. Walau dalam setiap langkah menggapai mimpi itu sendiri, tak selamanya berjalan sesuai keinginan. Banyak momen yang tak pernah kita bayangkan dan tak pernah kita sangka menghampiri...