Kabar

1.4K 176 178
                                    

Tak terasa, dua minggu lagi SMP 1 akan menghadapi penilaian akhir semester satu.

Refa berencana mengajak Farel untuk belajar bersama. “Rel, kita belajar bareng, yuk!” ajak Refa to the point.

“Ayo-ayo! Kapan?” balas Farel tak kalah semangat.

“Kalo pulang sekolah, bisa?” tanya Refa.

“Bisa, Ref. Gimana kalo kita belajarnya di rumah kamu aja, aku mau tau rumah kamu,” saran Farel.

“Ok! Eh iya, Rel, kamu sekarang bawa sepeda, gak? Aku nebeng, ya, soalnya Kak Reza kayaknya gak akan jemput,” terang Refa.

“Ayo aja aku mah .... Eh, gimana kalo gini, kita ke rumah aku dulu, bawa buku-buku buat belajar dulu sekalian ganti baju, nanti baru ke rumah kamu, deh,” tukas Farel.

“Siap!” timpal Refa begitu semangat dan dilanjutkan oleh gumaman, “Akhirnya lebih banyak waktu sama kamu, Rel.

***

Di rumah Refa, mereka belajar dengan serius. Namun seperti biasa, di sela-sela waktu, Farel bertanya sesuatu kepada Refa.

Saat mencatat materi-materi penting, tangan Farel tiba-tiba tertahan di udara. Sesaat kemudian, ia menatap Refa. “Refa, aku mau ngomong sesuatu.”

Refa yang tak bisa beralih dari kegiatan menghitungnya, hanya mengangkat alisnya sembari berdeham, sebagai tanda respons, ‘Apa?’.

“Ih, serius ini mah. Stop dulu ngitungnya,” titah Farel.

Refa yang terpaksa menuruti perintah Farel kini menatapnya dengan wajah malas karena terganggu. “Apa, sih?”

Wajah Farel tiba-tiba sumringah lalu mengutarakan apa yang tertahan di benaknya selama ini, “Aku ... aku mau nembak Astri Senin depan, udah ujian.”

Refa sontak kaget dan melotot.

Sekejap hening, lalu datang mama Refa yang bernama Mona membawa camilan.

“Halo, Tante. Kenalin, aku Farel, temen sebangkunya Refa,” ucap Farel memperkenalkan dirinya dengan ramah.

Farel mencium tangan Mona.

Mona memandanginya sebentar.

“Oh, ini yang namanya Farel …. Refa sering, loh, cerita—” Ucapan Mona terpotong karena Refa sibuk melotot padanya.

Ssttt, Ma,” ucap Refa dengan suara yang sangat pelan.

“Cerita apa, Tan?” tanya Farel penasaran.

“Hmm … cerita tentang pelajaran di sekolah yang susah, katanya kamu suka nanya ke Refa, ya,” tukas Mona menyembunyikan sedikit ‘sesuatu’.

“Ehehe, iya, Tante ….” Farel sedikit malu, lalu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Mona tersenyum lalu berpesan, “Ya udah, kalian belajar yang bener, ini cemilannya dimakan, ya.”

Farel dan Refa mengangguk bersamaan. Lalu Mona kembali entah ke mana.

Saat Mona benar-benar sudah tak terlihat, giliran Refa yang menatap Farel, hendak menginterogasi.

“Beneran, Rel? Kamu mau nembak Astri?!” seru Refa tak percaya.

Farel tersentak. “Biasa aja kali nanyanya .... Aku, kan, tadi udah bilang sama kamu. Mana mungkin, sih, aku bohong,” jawabnya santai.

“Iya juga, sih ....” Refa terdiam, lanjut menggumam, “Beneran, Rel? Sakit tau, gak, Rel, dengernya.”

“Hmm .... Kapan, ya, momen yang pas buat aku nembak Astri?” Farel terlihat berpikir sambil membolak-balikkan pulpennya.

“Bukannya dia balikan lagi sama mantannya, Rel?” tanya Refa berusaha menghasut.

Farel menatap Refa datar. “Siapa? Si Panji anak ingusan itu?” tanggap Farel malas.

“Heleh! Kayak udah gede aja, kamu, bilang orang anak ingusan,” seru Refa bersungut-sungut.

“Hehe .... Tapi, kan, dia emang lebih muda dari aku, Ref,” jawab Farel tak mau kalah.

Refa mengabaikan ucapan Farel dan malah membeberkan ucapan yang sedari tadi tertahan di dalam benaknya, “Tapi, ya, Rel, saran aku, sih, lebih baik kita fokus dulu ujian, nanti waktu yang lebih baiknya mungkin saat kita udah kelas 8 atau kelas 9 .... Eh enggak! SMA aja, atau kuliah, atau sekalian ... jangan!”

Farel mengangkat satu alisnya. “Loh, kok harus nanti, sih? Lebih cepat, kan, lebih baik,” Kini kedua alisnya pun terangkat.

“Tapi, kan ....” Refa berkata lirih.

“Udahlah, percaya sama Farel.” Farel menepuk dadanya bangga.

“Ya udah, terserah kamu aja,” ucap Refa.

Mereka pun makan camilannya dan minum jus buatan Mona. Tak lama kemudian, mereka bermain playstation milik Refa.

Setelah cukup belajar dan puas bermain, Farel pun berpamitan untuk pulang.

***

Wah, dikit banget, ya, chapter-nya?
Gapapa, ya?
Eh, si Farel mau nembak Astri aja tuh. Kasian Refa, ya?
Masih kelas 7 juga, udah pacaran, heleh .... (Bilang aja ngiri thor😏) Eh:v

Vomment vomment vomment! :)))

Farel dan RefaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang