Ternyata

1.1K 118 59
                                    

Refa dan Samuel kini sedang berjalan menuju gerbang sekolah karena bel pulang sudah berbunyi sedari tadi.

“Aahhh, akhirnya pulang juga.” Refa menggeliatkan badannya lega.

“Iya, nih …. Eh, Ref, jadi main, gak?” tanya Samuel.

“Hmm? Ya, jadi, lah! Masa, gak jadi?!” seru Refa semangat.

“Okeee! Euung … Ref, aku gak enak, deh, ke kakak kamu. Masa tba-tiba ikut naik mobil gitu?” cemas Samuel.

“Ha? Ya gak papa, lah. Kakak aku baik kok … gak jauh dari aku, baiknya.” Refa menunjuk dirinya bangga.

“Iya, deh, kamu emang baik …” balas Samuel lembut.

Refa tersenyum bangga mendengarnya.

“Refa, Samuel!” Sebuah suara yang sangat Refa benci kembali berdengung.

Refa membalikkan badan dengan malas. Sedangkan Samuel bersikap biasa saja.

“Apa?!” sentak Refa langsung.

“Ref.” Dengan sabar, Samuel menasihati Refa untuk menahan emosinya.

“Loh, biasa aja kali, Ref …. Gak usah nyentak!” sentak Astri balik.

“Loh, itu kamu sendiri nyentak! Mau apa, sih?!” balas Refa semakin kesal, rasanya.

“Heh, ya. Aku niatnya mau baik-baik, kamunya, sih, bikin emosi orang!”

“Ya, cepetlah! Ngabisin waktu banget!”

“Ya udah, aku tanya Samuel aja! Sam, Farel kemana?” tanya Astri lembut.

“Fa—” Belum sempat menjawab, Refa terlebih dahulu menyela, “Hello … Ke mana aja, sih, Mbak?” sindirnya.

“Apa, sih, Ref? Ikut campur aja!” Astri kembali kesal.

“Ya, biarin dong! Suka-suka, ngomong di mana aja.”

Mungkin sudah kebiasaan Refa mengubah lirik lagu yang ada. Kali ini giliran lagu ‘Yang Penting Hepi’ dari Jamal Mirdad yang seharusnya berlirik, “Suka-suka … nyanyi di pinggir jalan.

“Berisik banget, sih!” protes Astri sangat kesal.

Refa masih menyanyi, tak memedulikan Astri sama sekali. Sedangkan Samuel hanya bisa geleng-geleng kepala.

“Ssttt! Berisik banget!” Astri terus protes sambil menutup telinganya.

“Bodo!” ketus Refa sambil bergoyang-goyang sedikit diiringi nyanyiannya.

“Kamu ngajak ribut, ya?!” Astri membuka kembali telinganya dan mulai mendekati Refa, terpancing emosinya.

“Siapa takut? Ayo sini!” Refa meladeninya dengan memberhentikan nyanyian dan ikut maju, sehingga posisi mereka berdua sudah sangatlah dekat.

Mereka pun mulai berkelahi. Meskipun perkelahian itu tidak serius. Ya, bagaimana anak perempuan biasanya berkelahi saja.

Refa memegang bahu Astri dan sebaliknya. Mereka saling mencubit, menjambak, menendang, dan lainnya.

Samuel berusaha melerai, namun sial, ia malah mendapat tonjokan dari Refa. Dan tonjokan itu tidaklah lembut.

“Arrgh! Sakit!” Samuel memegang pipinya.

“Aduh! Maaf, Sam.” Refa menoleh sedikit di tengah perkelahiannya dengan Astri.

Perkelahian masih terjadi hingga pada akhirnya suara Reza, kakak Refa, sejenak menghentikan kebrutalan mereka.

Farel dan RefaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang