Sakit

1.1K 127 66
                                    

Hari selanjutnya Farel awali dengan pertanyaan, “Gimana? Bagus gak?” Padahal, mereka sudah membahas tentang gambar ini kemarin.

“Bagus,” tanggap Refa dengan suara getir.

“Tuh, aku emang bakat ngegambar. Rencananya aku mau kasih ke Astri pulang sekolah. Hmm … apalagi, ya, yang kurang?” Farel berbicara sendiri sembari memainkan pensilnya.

Refa hanya menatapnya malas.

Bel pun berbunyi menandakan waktu istirahat. Refa langsung menghampiri bangku Samuel.

“Sam, istirahat, yuk!” ajak Refa.

Akhir-akhir ini Refa semakin dekat dengan Samuel, murid baru dari Korea itu.

Mengapa nasib Refa selalu diapit cowok tampan? Beruntung sekali.

“Ayo!” balas Samuel.

Mereka berdua pun bergegas menuju kantin.

“Halo, Samuel.”

“Hai, ganteng.”

“Oh ini anak Korea itu?!”

“Iya, mirip Sehun!”

“Eh enggak, mirip Mingyu!”

“Woy, udah jelas-jelas dia mirip Samuel Kim, bego!”

Beberapa kicauan terus berdengung di telinga Refa dan Samuel sepanjang lorong kantin. Lama-kelamaan mereka menjadi terbiasa dengan kondisi itu.

“Kamu terkenal banget, ya, Sam,” celetuk Refa yang masih saja mendengar orang-orang berbisik.

Samuel hanya tersenyum menanggapinya.

Samuel itu tipe anak yang tidak sombong. Dengan ketampanan yang ia miliki, beberapa pujian ia dapatkan, namun senyumnya tak pernah hilang setiap saat. Begitulah penilaian Refa terhadap Samuel.

Mereka pun kembali ke dalam kelas membawa beberapa camilan yang mereka beli di kantin.

Refa pasti tidak melupakan makanan atau minuman yang berbau ‘coklat’. Coklat adalah favorit Refa … juga Farel.

Refa jadi teringat akan sosok Farel. Ia mengedarkan pandangan mencari sosok Farel, sedangkan Samuel sudah meminum minumannya. Sambil minum, Samuel memperhatikan Refa yang sedang celingak-celinguk.

Ketika Samuel asyik memandang Refa yang terus saja mencari sosok Farel, tiba-tiba raut wajah Refa berubah.

Samuel sontak melirik apa yang dilihat Refa. Rupanya, Farel sedang memberikan kertas yang digulung dan dihiasi pita pink kepada Astri di depan kelas.

Siapapun yang duduk di bangku pasti melihat aksi Farel, dan sialnya tempat duduk Refa dan Samuel adalah posisi paling strategis.

Setelah memberikan kertas itu, Farel juga memberikan kado kecil yang lucu.

Setelah hadiah itu berpindah tangan dari tangannya ke Astri, ia pun berkata, “Nggak kerasa, ya. Hubungan kita udah dua bulan. Aku berharap semoga kita akan selalu bersama.”

Astri tersenyum manis dan menatap Farel. “Iya, Rel. Aku juga berdoa gitu.”

Mereka berdua pun menjadi salah tingkah.

“Ciee ….”

Beberapa ‘cie’ pun terus bersusulan dan kadang juga diselingi suitan.

Berisik, lebay banget sih, masih SMP juga,” ketus Refa dalam hati.

Refa menahan tangisnya, berusaha sebisa mungkin membendung air mata di pelupuknya agar tak keluar dari bola matanya.

Samuel yang melihat itu langsung mengerti, ia merogoh sakunya dan mengeluarkan sapu tangan berwarna biru.

Farel dan RefaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang