Surat

1.1K 108 56
                                    

Apa Refa belum baca surat dariku, ya? Atau hilang suratnya? Tapi, kan, aku udah nyelipin di bawah pintu kamar Refa. Atau mungkin kebuang?” gumam Samuel.

Samuel menghela napasnya, lantas memandang foto dalam figura bermotif Doraemon di atas meja belajarnya.

Kemudian, ia mengangkat foto itu dan tersenyum. “Refa, Refa …. Dulu kita deket banget, ya?” Ia mengusap kaca figura foto dua anak, yaitu Refa dan Samuel yang sedang hujan-hujanan.

Tok tok tok ….

“Samuel, Ppalli-ya ….” Mama Samuel menyuruh Samuel untuk cepat dalam Bahasa Korea.

Ne, Eomma …” balas Samuel yang berarti, “Iya, Ma.” dalam Bahasa Korea.

Samuel mencium figuranya dan bergegas mengambil tas lalu menuruni tangga cepat-cepat.

Tinggal tiga anak tangga lagi Samuel sampai di bawah, ia langsung dikejutkan dengan kehadiran Refa yang tiba-tiba.

“Hai, Sam.” Refa melambaikan tangannya.

“Eh, H–hai, Ref,” jawab Samuel kaku.

“Berangkat bareng, yuk! Aku bawa sepeda sendiri, kok. Kamu ada sepeda, kan?” tawar Refa semangat.

Samuel masih shock dengan keberadaan Refa karena ia baru saja bernostalgia sedikit tentang masa kecilnya dengan Refa.

Lantas, Refa menatap bingung Samuel. Ia akhirnya memilih menghampiri Samuel.

“Ayo, turun! Masih diem aja di situ. Ada superglue-nya, kali, ya. Nempel amat.” Refa menarik Samuel.

“Hehe.” Samuel menutup rasa malunya dengan sedikit tertawa renyah.

“Anak-anak, ayo sarapan dulu …” ajak Mama Samuel.

Refa mengangkat alisnya menunggu persetujuan Samuel. Samuel mengangguk, menandakan Samuel menerima tawaran mamanya.

Refa terlihat sedikit kikuk. Baru kali ini lagi, ia duduk di kursi meja makan Samuel.

“Refa, ayo dimakan,” tawar Mama Samuel begitu ramah.

“Iya, Tante. Makasih ….”

Mereka pun berbincang mengenai masa lalu yang sangat indah dan lucu.

***

Akhirnya Refa dan Samuel sampai di sekolah menggunakan sepeda sesuai kesepakatan tadi.

“Sam, aku udah baca, tau, surat dari kamu,” tukas Refa saat menstandarkan sepedanya.

“Eoh, beneran? Terus gimana, kamu mau gak nerima ajakan aku?” tanya Samuel antusias.

“Gimana, ya?” Refa berlagak berpikir keras.

“Ayo dong, Ref ….” Samuel memohon.

“Ya udah, iya. Aku turutin, mau kapan?” Refa menatap Samuel yang masih memegang sepedanya karena

“Gimana kalau pulang sekolah?” tawar Samuel.

Sontak, mereka berdua saling menatap dan tersenyum menyetujui.

“Ok!” seru keduanya.

Flashback On

Farel dan RefaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang