Farel dan Refa mulai mengayuh sepedanya. Farel memimpin jalan dengan sumringah, sedangkan Refa masih bertanya-tanya, mau dibawa ke mana oleh Farel?
Refa melirik kanan kiri. Sepertinya, tempat ini sangat tidak asing di matanya. Tiba-tiba, ban sepedanya menabrak kecil ban sepeda Farel. Ternyata, Farel sudah sedari tadi menghentikan laju sepedanya.
“Aduh!” ujar Refa.
Farel melirik ke arah Refa yang tersentak kaget lalu tertawa dan meledek, “Euh … kalo liat, pake mata! Disimpen di mana, sih, matanya?”
“Nih!” balas Refa menunjuk lubang hidungnya.
“Ooh … pantesan.” timpal Farel sembari memasang standar sepedanya lalu turun, sama halnya dengan Refa.
“Loh, ini, kan, taman komplek kamu!” ujar Refa.
“Emang!”
“Yah, gak seru … ngajak mainnya.” Refa langsung teringat kejadian kemarin saat Samuel memarahinya.
“Eitsss! Sabar ….” Mendengar perkataan Farel, Refa mendengkus lalu duduk di ayunan yang sama seperti kemarin.
Refa melamunkan kejadian kemarin. Ingatan itu menghampirinya dan tentu saja mengganggu. Beberapa saat kemudian, Farel menghampiri Refa.
“Heh! Kenapa?”
Refa tersentak. “Enggak ….”
“Kita jajan dulu, yuk!” ajak Farel sambil tersenyum tanpa beban, sedikit mengembalikan mood Refa yang sempat hilang.
“Yuk.”
Mereka berdua pergi ke toko minuman lantas memesan minuman dan berbincang hangat di sana. Setelah itu, mereka juga menjelajahi toko-toko lainnya. Seperti toko makanan, mainan, juga yang terakhir toko souvenir.
“Kamu mau beli apa?” tanya Farel.
“Beli gelang,” jawab Refa yang sibuk memilih gelang.
Farel pun ikut memilih. “Yang ini, gimana?” Gelang bergambar tengkorak diacungkannya.
Melihat itu, Refa mengerutkan kening. “Masa aku beli yang gitu? Ngaco, ah!”
“Hehe ….”
Farel kembali menyodorkan gelang aneh lainnya. Kehangatan menjalar di dalam diri Refa. Ini yang ia rindukan dari Farel.
Hingga akhirnya Refa selesai memilih dua pasang gelang couple.
“Buat siapa aja, Ref?” tanya Farel ketika mereka keluar dari toko souvenir tadi.
Refa mengeluarkan sepasang gelang berwarna biru. Satu gelang Refa pakai di pergelangan tangan kirinya dan satunya lagi Refa pakaikan ke pergelangan tangan kiri Farel.
“Loh, ini buat aku?” tanya Farel.
“Bukan …! Ya, iya, lah. Udah jelas-jelas aku pakein ke tangan kamu. Masa aku mau kasih orang, makeinnya ke tangan kamu?!”
“Hehehe …. Makasih, ya Ref. Kita jadi couple-an gini, kayak yang pacaran! Tapi, yang satu pasang lagi buat siapa?” celetuk Farel.
“Kepo … deh …!” Refa berjalan mendahului Farel.
“Sini, kita foto dulu!” Farel menarik Refa lebih kembali dan segera berpose di depan kamera yang dibawanya.
Refa menatap Farel, mengingat betapa akrabnya ia saat ini dengan Farel.
Cekrek!
“Bentar, Rel, akunya belum ngegaya …!” rajuk Refa.
“Eh, eh, Ref! Liat foto ini, kamu liatin aku gitu, hayoo … kenapa? Ganteng, ya?” goda Farel membuat Refa tidak nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Farel dan Refa
RandomMerangkai mimpi dalam kehidupan memang sudah seharusnya kita lakukan. Walau dalam setiap langkah menggapai mimpi itu sendiri, tak selamanya berjalan sesuai keinginan. Banyak momen yang tak pernah kita bayangkan dan tak pernah kita sangka menghampiri...