Kembalinya Ia

817 74 21
                                    

Di tengah terik yang memuncak, Refa menelusuri jalan menuju parkiran motor di sekolah bersama seseorang.

Siapa lagi, kalau bukan Farel?

Refa memutuskan mengabulkan permintaan Farel di kelas tadi, yaitu untuk pulang bersamanya.

Ini tidak ada hubungannya dengan perasaan Refa. Ia tak bermaksud kembali berharap pada Farel, ini semua hanya sekadar memenuhi permintaan sahabat, tak lebih. Ia sudah menutup rapat perasaannya terhadap Farel. Namun, entah dengan perasaan Farel sendiri.

“Ref, makasih, ya, mau pulang bareng aku. Aku seneng banget,” kata Farel sembari memakai helm birunya.

“Iya. Biasa aja, kali, Rel … cuman pulang bareng juga,” timpal Refa.

“Tapi, ini berharga banget buat aku. Makasih, Ref.”

“Iya. Ayo berangkat, malah jadi ngobrol, kan?”

“Hehe … oke. Nih, helm-nya.” Farel memberikan helm cadangan berwarna putih di motornya.

“Hmm ….” Refa menerima helm itu dan memakainya.

“Ayo naik!”

Motor pun melaju dengan kecepatan sedang. Farel menikmati setiap waktu yang terlewati bersama Refa saat ini.

Farel menengok spion dan melihat Refa yang sibuk melirik kanan kiri. Senyum tipis terukir di bibir Farel. Setelah itu, pandangan Farel terpaku lagi pada jalanan yang lumayan senggang.

Refa terlihat santai dengan situasi saat ini. Ini pertama kalinya untuk Refa pulang bersama dengan Farel ketika SMA.

Refa tak berani mengajak bicara Farel saat ini, begitu pun dengan Farel. Sehingga, perjalanan ini hanya diisi oleh suara mesin motor.

~Talk talk cham maldeuri mana
What what heossoriman neureo~

Refa merogoh sakunya lalu mengambil ponsel tipisnya itu.

“Rel, boleh ke pinggir dulu, gak?” tanya Refa.

Motor masih melaju tanpa adanya pengurangan kecepatan, tidak ada tanda-tanda motor akan berhenti.

“Rel.”

“FAREL!”

Ciiitttt

Farel mengerem motornya mendadak, membuat helm Farel dan Refa saling membentur.

“Aduh, Rel!”

“Maaf, maaf, Ref."

~Ssak da dwijibeonwa eh oh
da dwijibeo now eh oh~

Refa membenarkan posisinya, lalu mengangkat panggilan dari unknown number.

“Halo?”

Refa ….”

“Maaf, ini dengan siapa?” Refa mengerutkan keningnya, sedangkan Farel memiringkan badannya mengarah kepada Refa lalu mengangkat alisnya. Refa menjawab dengan gelengan kepala.

Ini aku, Ref. Masa gak kenal?

“Iya, siapa?”

SG.”

“Hmm?”

Hah ….” Di seberang sana, orang itu mengembuskan napasnya kasar.

Aku Samuel, Ref.

“Samuel Gillbert?”

Ne,” jawab Samuel dalam Bahasa Korea yang berarti iya.

Farel dan RefaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang