“Aku Dantio.”
Mereka menoleh dan mendapati seseorang.
Refa mengerutkan kening dan menghampiri Deon. “Kak Deon? Ngapain ke sini?” Refa berbisik, sedangkan Deon malah tersenyum.
“Sengaja,” jawab Deon tak kalah berbisik, mengimbangi suara Refa.
Refa mengangkat alisnya, lalu melirik kelas 10. Mereka sibuk mencuri kesempatan dalam kesempitan. Berdiskusi mencari siapa sosok ‘Dantio’ sebenarnya.
“Heh! Jangan diskusi!” teriak Farel.
Refa dan Deon menghampiri kelas 10 dan memulai aksi mereka lagi.
"“Siniin!” titah Deon.
“A–apanya, Kak?” tanya kelas 10 gemetar.
“Topinya, lah …. Itu buat Dantio, kan?” tanya Deon.
“Aduh … g–gimana, ya?” Mereka saling bertatapan. “Gimana, nih?”
“Dantio? Oh! Aku inget!” ujar salah satu dari kelas 10 yang dari tadi hanya berpikir mencoba mengingat sesuatu.
“Apa? Apa?” tanya peserta lainnya yang sangat penasaran.
“Dantio itu nama akhiran Kak Farel, kan?” ucap salah satu dari kelas 10 itu.
Farel, Refa, dan Deon saling berpandangan.
“Ini, Kak. Dantio nama akhiran Kakak, kan?” Ia menyodorkan topi berwarna hitam milik Farel.
“Gak kasih ke aku, nih?” Deon angkat bicara lagi.
Mereka buru-buru menggeleng.
“Jadi, kalian siap tanggung risiko, ya, kalau yang kalian kasih ini, ternyata salah orang?” Farel memastikan.
“S–siap, Kak …” ucap mereka ragu.
“Jangan nunduk!” teriak Deon.
“Jawab yang tegas!” Refa kembali berteriak.
“SIAP, KAK!”
“Bagus. Ya, sudah, kalian lanjut ke pos selanjutnya,” ucap Farel.
“Mau dikasih tau, gak, pos enam di mana?” tawar Deon tiba-tiba.
Farel dan Refa menatap bingung Deon. Apa maksudnya coba? Mana ada, peserta OSPEK mendapatkan bantuan?
“Mau, Kak!” Kelas 10 antusias dengan tawaran Deon.
Deon tersenyum jahil. “Pos enam tuh, di … CARI aja sendiri,” timpalnya lalu tertawa terbahak-bahak.
Kelas 10 hanya memasang wajah datar dan segera berpamitan kepada seniornya di pos 5 itu. Hingga akhirnya, tersisa mereka bertiga di situ.
“Kak Deon … ngapain, sih, di sini?” tanya Refa.
“Lah, emang gak boleh?” Deon menatap Refa.
“Ya, seenaknya aja maen dateng … terus ngaku-ngaku jadi Dantio, pula,” protes Refa.
“Emang Kak Deon disuruh siapa?” tanya Farel.
“Hehe …. Inisiatif aja, sih. Masa gak boleh? Bagus juga, kan? Nambah bingung ke kelas sepuluh-nya.” Deon cekikikan.
“Haaahh …” geram Farel dan Refa.
Mereka kini hanya terdiam, menunggu peserta OSPEK lagi.
Saat setiap kelompok mulai berdatangan, mereka pun kembali menjalankan tugasnya bersama Deon.“Ih, napa Kak Deon masih di sini?” geram Refa setelah cukup lama menahannya.
Deon menghadapkan dirinya di depan Refa. “Nih, ya … gak baik malem-malem berduaan. Cewek-cowok, lagi. Gak baik,” jawab Deon geleng-geleng kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Farel dan Refa
RandomMerangkai mimpi dalam kehidupan memang sudah seharusnya kita lakukan. Walau dalam setiap langkah menggapai mimpi itu sendiri, tak selamanya berjalan sesuai keinginan. Banyak momen yang tak pernah kita bayangkan dan tak pernah kita sangka menghampiri...